Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Bonceng Anak, Jangan Memaksakan Diri!

billy - Rabu, 8 Februari 2012 | 12:18 WIB
No caption
No credit
No caption


Membonceng anak sejatinya memang tidak diperkenankan dalam berkendara. Namun demikian, faktanya tetap masih banyak pengendara yang membonceng si buah hati. Entah dalam perjalanan dekat seperti antar anak sekolah. Atau turing jauh ketika libur Lebaran tiba.

“Tidak dapat dipungkiri pengendara merupakan gambaran sederhana kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya. Motor memang menjadi andalan bagi keluarga. Mereka pakai motor bukan karena hobi atau lifestyle. Bagi mereka motor sebagai penunjang operasional keluarga. Tidak heran, semua kegiatan mengandalkan motor termasuk bonceng anak untuk antar jemput,” miris Joel Deksa Mastana, instruktur safety riding dari Jakarta.

Arumi seorang ibu rumah tangga tinggal di Cimanggis, Depok, terbiasa memboncengkan anaknya yang sekolah di Taman Kanak-Kanak di depan. Menurut ibu dua anak itu, dengan menempatkan anaknya di jok depan atau berdiri di dek depan, ia bisa memantau gerakan anaknnya saat riding.

“Kalau di depan atau berdiri di dek depan, gerakan anak bisa saya kontrol. Saya juga lebih mudah berkomunikasi dengan anak. Misalnya melarang banyak gerak, atau memberitahu kalau gerakannya membahayakan saya,” ujarnya.

Lain lagi dengan Heni, ibu rumah tangga yang tinggal di Cibubur, Jakarta Timur. Dia lebih melihat kondisi anak dan jalan yang hendak dilalui. “Kalau ke sekolah lebih nyaman bonceng di belakang. Karena motornya bebek, kalau di depan sedikit mengganggu pandangan saya,” papar ibu dua anak ini.

Pengalaman lain dari Anik, yang terbiasa dibonceng suami bersama anak semata wayangnya. “Kalau dibonceng memang lebih sering anak saya berdiri di tengah. Karena kalau duduk, dia lebih banyak gerak. Inginnya lihat ke depan. Selain itu dengan berdiri, jok jadi muat buat saya dan suami.”

Menurut Joel, membonceng anak, sebaiknya di belakang. “Seperti bonceng normal pada umumnya. Di depan, memang orang tua atau si pengendara bisa dengan mudah memantau si anak. Tapi, bagi si pengendara kadang kesulitan untuk melakukan manuver karena terhalang si anak. Selain itu, si anak langsung terpapar dengan angin. Seringkali jadi penyebab batuk atau flek,” ulasnya.

Di sisi lain, duduk di belakang pun bagi anak-anak yang belum cukup umur juga bisa jadi bermasalah. “Mereka susah menjaga keseimbangan tubuh. Kalau yang bawa motor tiba-tiba ngerem mendadak atau bermanuver bisa berbahaya,” wanti Joel.

Karena itu ia menyarankan untuk anak yang belum cukup kakinya menyentuh footstep, sebaiknya didampingi oleh pengendara dewasa. “Si anak bisa duduk di tengah,” katanya.

Joel tidak menyetujui jika si anak diikat dengan alasan agar bisa terjaga. “Ini bahaya. Jika jatuh, maka anak dan pengendaranya ikutan jatuh bersamaan di lokasi yang bersamaan. Bisa jadi si anak malah akan tertimpa pengendara,” kata Joel.

Karena itu, untuk membonceng tetap harus diperhatikan kesiapan si pengendara. Jangan memaksakan diri. Kalau si anak masih kecil dan memang tidak ada pendamping di belakang, ada baiknya berfikir untuk naik angkutan umum. (motorplus-online.com)


Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa