Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Meski Sangat Irit, Mengapa Mobil Hybrid Tidak Laku di Indonesia?

Parwata - Minggu, 19 Maret 2017 | 09:28 WIB
No caption
No credit
No caption

Jakarta - Mobil bertenaga dua mesin, berupa mesin bakar dan listrik, atau dikenal juga dengan mobil hibrida. Sejak diperkenalkan beberapa waktu lalu, tepatnya di 2012, permintaan akan mobil dengan dua mesin ini memang tak sebesar mobil konvensional.
 
Padahal sejalan dengan perkembangan teknologi dan juga program kampanye ramah lingkungan, mobil dua mesin ini sejatinya jadi produk terdepan dalam urusan ramah lingkungan dan efisiensi bahan bakar.

Sayang aturan pemerinta terkait beberapa hal mulai dari Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM) dan arah industri kendaraan ke LCGC membuat mobil dua mesin terabaikan konsumen.

"Memang faktor mobil hybrid itu teknologi masih mahal karena pengenaan PPnBM bisa 50-75%. Selain itu belum diproduksi di dalam negeri menjadi faktor lain harga jualnya lebih mahal dari mobil mesin bakar konvensional," beber Fransiscus Soerjopranoto selaku Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM).

Fransiscus Soerjopranoto. Mobil dua mesin ke depannya prospektif dan butuh campur tangan pemerintah agar harga jualnya lebih terjangkau lagi

Tren Meningkat

Sejalan perkembangan zaman dan juga pengetahuan konsumen, kecenderungan pembelian mobil dua mesin terus meningkat. Hal itu terlihat dari penjualan hingga Januari 2017 mencapai angka 1.473 unit (Toyota dan Lexus).

Hal senada diungkapkan para konsumen Lexus memilih tipe dua mesin. "Dasar pertimbangannya karena kenyamanan, kesenyapan tidak berisik serta kepedulian lingkungan hidup," beber Elizabeth Saskia H., selaku Business & Marketing Planning Manager Lexus Indonesia PT Toyota Astra Motor.

Itu sebabnya melihat produk mobil dengan dua mesin ini akhirnya diplot untuk mobil menengah ke atas karena set-up harga memang di atas mobil bermesin konvensional.

Kendala mobil dua mesin kurang bergema karena, pemerintah sedang gencar-gencarnya mendukung LCGC. Sebab mobil ini lebih terjangkau dengan mesin bakar antara 1000-1200 cc dengan konsumsi bbm irit serta produksi di dalam negeri.

"Teknologi dua mesin masih baru untuk pasar Indonesia serta volume penjualan kecil plus harga membuat konsumen belum terlalu melirik mobil hybrid," imbuh Elizabet Saskia. Meski demikian baik Toyota dan Lexus melihat prospek mobil dua mesin tetap ada yang berminat.

Malah tidak menutup kemungkinan, semakin banyak konsumen yang melek dengan mobil dua mesin ini (hybrid) serta ekspektasi pajak berdasarkan emisi CO2 (C02 Tax) dari pemerintah membuat mobil hybrid bisa ditekan lagi harganya.

"Ke depannya melihat pasar otomotif di Indonesia dan global makin berkembang dan juga semakin pemilih. Tentu akan sangat baik bila komponen-komponen harga yang menjadikan mobil dua mesin dirasa tak terjangkau diperhatikan pemerintah. Jadi penetapan harganya tidak berbeda dengan mobil mesin bakar konvensional," pungkas pak Suryo, panggilan akrab Fansiscus Soerjopranoto. JLM/otomotifnet.com

Editor : Parwata

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

yt-1 in left right search line play fb gp tw wa