Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

TIdak Untuk 'Berenang'

Editor - Kamis, 28 Oktober 2010 | 15:51 WIB
No caption
No credit
No caption


OTOMOTIFNET - Banjir Jakarta tampaknya tak bakal segera sirna. Apalagi, Badan Meterologi dan Geofisika memperkirakan, kondisi hujan deras masih terjadi hingga Februari-Maret 2011. Nah agar tak menambah jumlah pengeluaran lantaran kendaraan perlu jajan ekstra menerjang banjir, sebaiknya hindari genangan tinggi.

Seperti diungkapkan Carmen SS, dari Autotech MGK Kemayoran, Jakpus. Pria yang pernah menimba ilmu soal mesin otomotif di Inggris Raya ini menegaskan bahwa kendaraan bermotor konvensional enggak diciptakan untuk ‘berenang’ di air. “Sebisa mungkin dihindari, kalau perlu dibawa ke tempat parkiran buat berhenti supaya enggak ‘minum air’,” sebutnya.

Kalaupun toh harus menerabas genangan air ia mewanti-wanti bahwa perhatikan posisi air intake mobil Anda, dari situlah biasanya air masuk ke ruang bakar mesin untuk kemudian menimbulkan water hammer.

Soal ini Carmen kasih analogi mudah. Jika air masuk dari depan maka itu seperti seseorang yang tersedak saat meminum air. “Justru kecil kemungkinan air masuk lewat jalur knalpot, karena tekanan udara dari knalpot sangat besar untuk menahan masuknya air kecuali mesin dalam keadaan mati,” tegasnya. Sejurus kemudian ia mengambil teori “Bejana Berhubungan” dimana air akan mengalir dari saluran akan berada dalam posisi sama permukaannya dengan permukaan bidang datar.

“Jika mobil terendam air yang menutupi knalpot, ataupun mati saat menerjang genangan air yang dalam, jangan hidupkan mesin. Bawa saja ke bengkel untuk dicek jeroannya. Ini berlaku untuk mobil bermesin diesel maupun bensin.”

Nah, yang jadi potensi masalah adalah keberadaan sensor-sensor di satu mobil yang kini banyak bertaburan di komponen non mesin. “Kalau menerjang genangan tinggi, bagaimana dengan sensor ABS. Atau kalau ada sensor auto leveling-nya?” tanya pria yang biasa tangani mobil CBU ini. Menangani mobil yang ‘tersedak’ juga tak bisa diperkirakan biayanya sebelum mesin dibongkar. “Kan tergantung dari apa saja yang memang akhirnya perlu diperbaiki ataupun diganti,” sebut pria yang juga dikenal sebagai spesialis turbocharger itu.

Soal biaya, ia juga tak bisa kasih ancar-ancar pasti. Namun saat ditanya jika sebuah C-Class mengalami water hammer maka biaya Rp 50 jutaan. “Mesin-mesin modern kan enggak bisa main papas,” jujurnya.

Tak lupa ia kasih tips, jika harus meninggalkan mobil di lokasi yang potensial terendam air. Copot aki adalah langkah emergensi pertama yang bisa dilakukan. Ini memperkecil terjadinya hubungan arus pendek.

Sementara untuk motor, jika hanya bermasalah pada pengapian (busi) saat banjir, menurut Hasan Basri, ”Siapkan saja dana Rp 20 ribu,” kata mekanik bengkel Hasan Motor di Jl Raya Kelapa Dua, Jakbar.

Nah bila sampai mesin motor atau skutik Anda macet, kondisi seperti ini, meminta banyak penggantian spare part. Kata Hasan, paling tidak membutuhkan dana Rp 600-700 ribu untuk biaya servis dan penggantian part pada motor jenis bebek atau sport. “Untuk matik bisa lebih mahal, kisarannya Rp 1 juta. Lebih banyaknya part yang mesti diganti,” terangnya.

Penulis/Foto: eRIE, Octa / Johan

Editor : Editor

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

yt-1 in left right search line play fb gp tw wa