Jakarta - Ibarat anak kecil dapat mainan baru, langsung deh asyik dioprek, mainan lama hampir dilupakan. Itulah yang terjadi pada Angga Kurniawan, owner Anjany Racing saat Kawasaki Ninja RR Mono akhirnya mendarat di bengkelnya.
“Ada semangat baru nih, untuk main OMR Ninja dan kejurnas 250, padahal lagi mulai konsen main supersport,” ujar Angga. Padahal tahun lalu lantaran berbagai alasan Anjany Racing mulai meninggalkan OMR Ninja dan kejurnas 250, konsen di OMR CBR250R.
Piggyback PC V jadi andalan ditambah Autotune
Sejak tiba di bengkel, RR Mono warna merah ini enggak dibiarkan standar. Tujuan utama agar bisa segera dibawa ke sirkuit Sentul. Namun ubahan belum terlalu banyak, bahkan mesin masih standar ting-ting.
“Racing part masih susah, belum ada di pasaran. Kan RR Mono pertama launching juga di sini. Makanya mesti pintar-pintar cari part yang pas nih,” lanjut pemilik bengkel yang beralamat di Jl. Arteri Kelapa Dua No. 21 Kebon Jeruk, Jakbar.
Knalpot AR-1 prototype, versi massal sebentar lagi keluar
Komponen pertama yang diganti knalpot. Lantaran Angga punya merek sendiri, yaitu AR-1 makanya pakai knalpot itu sekalian riset untuk produksi massal. “Minggu depan keluar versi massalnya, cuma sedikit dimodifikasi biar enggak bising,” ungkapnya. Kalau yang versi balap suaranya menggelegar.
Sebagai kompensasi plongnya saluran buang, pasokan bensin dimanipulasi pakai piggyback. Pilihan jatuh pada Power Commander V (PC V) dari Dynojet. Karena belum ada yang langsung pas, pakai punya Suzuki RMZ450. “Kabel disesuaikan karena soket enggak ada yang sama,” lanjutnya.
Monosok andalkan Penske dengan sedikit ubahan
Lantaran belum punya basic map, biar mudah dipasangkan dengan Autotune juga dari Dynojet. Sehingga kurva di dalam PC V akan terkoreksi otomatis sesuai masukan dari Autotune, yang membaca kondisi pembakaran lewat sensor AFR.
Karena cuma pakai piggyback, limiter masih tetap 10.500 rpm. Untuk mengakali biar enggak sering kena limiter, rasio akhir diperberat dari 42/14 jadi 43/15. “Top speed dapat 170 km/jam,” imbuh Angga. Kondisi standar cuma 154 km/jam.
Ban aplikasi Pirelli Super Corsa yang gigitannya super lengket. Footstep mesti bikin adaptor biar pas
Lainnya? “Cuma ganti ban saja. Kata Dellu sasis sudah enak banget,” lanjut Angga. Dalam tes pertama di Sentul, Dellu Agung sebagai joki mencatatkan waktu terbaik 1 menit 53 detik. “Tinggal oprek mesin dan seting lagi pasti jauh lebih kenceng,” tutup Angga.
Ayo oprek terus, sebelum dapat mainan baru lagi, hehee… (motor.otomotifnet.com)
Data Modifikasi :
Ban: Pirelli Super Corsa 110/70-17 & 150/60-17 “Ada semangat baru nih, untuk main OMR Ninja dan kejurnas 250, padahal lagi mulai konsen main supersport,” ujar Angga. Padahal tahun lalu lantaran berbagai alasan Anjany Racing mulai meninggalkan OMR Ninja dan kejurnas 250, konsen di OMR CBR250R.
Piggyback PC V jadi andalan ditambah Autotune
“Racing part masih susah, belum ada di pasaran. Kan RR Mono pertama launching juga di sini. Makanya mesti pintar-pintar cari part yang pas nih,” lanjut pemilik bengkel yang beralamat di Jl. Arteri Kelapa Dua No. 21 Kebon Jeruk, Jakbar.
Knalpot AR-1 prototype, versi massal sebentar lagi keluar
Sebagai kompensasi plongnya saluran buang, pasokan bensin dimanipulasi pakai piggyback. Pilihan jatuh pada Power Commander V (PC V) dari Dynojet. Karena belum ada yang langsung pas, pakai punya Suzuki RMZ450. “Kabel disesuaikan karena soket enggak ada yang sama,” lanjutnya.
Monosok andalkan Penske dengan sedikit ubahan
Karena cuma pakai piggyback, limiter masih tetap 10.500 rpm. Untuk mengakali biar enggak sering kena limiter, rasio akhir diperberat dari 42/14 jadi 43/15. “Top speed dapat 170 km/jam,” imbuh Angga. Kondisi standar cuma 154 km/jam.
Ban aplikasi Pirelli Super Corsa yang gigitannya super lengket. Footstep mesti bikin adaptor biar pas
Selesai mesin, ubahan pindah ke kaki-kaki. Suspensi belakang diganti pakai merek Penske. Lagi-lagi bukan khusus RR Mono, karena memang belum ada.
“Pakai punya CBR250R, tapi dengan sedikit ubahan karena bawaan Mono lebih panjang dan lebih tegak. Makanya dipanjangin dan setelan preload diempukin,” terang pria yang hobi main sepeda down hill ini.
“Pakai punya CBR250R, tapi dengan sedikit ubahan karena bawaan Mono lebih panjang dan lebih tegak. Makanya dipanjangin dan setelan preload diempukin,” terang pria yang hobi main sepeda down hill ini.
Lainnya? “Cuma ganti ban saja. Kata Dellu sasis sudah enak banget,” lanjut Angga. Dalam tes pertama di Sentul, Dellu Agung sebagai joki mencatatkan waktu terbaik 1 menit 53 detik. “Tinggal oprek mesin dan seting lagi pasti jauh lebih kenceng,” tutup Angga.
Ayo oprek terus, sebelum dapat mainan baru lagi, hehee… (motor.otomotifnet.com)
Data Modifikasi :
Slang rem: Hel
Monosok: Penske
Gir: SSS
Piggyback: Dynojet Power Commander V
Autotune: Dynojet
Knalpot: AR-1
Footstep: Lightech
Anjany Racing: 021-53679239/68838191