Riset mesin dan bodi benar-benar dari nol, pembalap pun mesti cari setingan dari awal
Depok - Bertahun-tahun kalau menyebut AHRS pasti nyambung-nya motor Suzuki, maklum sejak masih balap juragan Asep Hendro selalu pakai motor berlambang S itu. Namun mulai 2013, AHRS pindah ke Honda seiring meredupnya Suzuki di balap.
Ganti merek ternyata butuh adaptasi lama, baik pembalap maupun mekaniknya. “Riset mesin dan bodi benar-benar dari nol, pembalap pun mesti cari setingan dari awal,” buka Hasyim Sonedi, mekanik tim Honda Cargloss AHRS.
Knalpot pasti pakai AHRS, blar-blar…
Awal tahun belum menunjukkan taji, baru di Indoprix seri terakhir di Binuang dan OMR Honda Purbalingga minggu lalu kelihatan hasilnya. Malah di Purbalingga Owie Nurhuda jadi juara di 2 race kelas HRC-1 (Bebek 125 cc tune up seeded).
Apa resepnya? “Dari awal cari performa dan ketahanan terbaik. Riset cylinder head terus pakai flowbench dipasang lalu di-dyno,” ujar Hasyim. Di awal seri menurutnya rasio kompresi bisa sampai 12,9:1, sekarang demi daya tahan cukup 11,9:1.
Turun di kelas 125 cc, Blade dijejali piston 54,4 mm jadi masih aman dari batas maksimal 130 cc, karena kapasitas hanya 129,16 cc.
Pelek AHRS, cakram RGR dan ban IRC slick perkuat kaki depan. Karbu setia dengan Keihin PWK 28
Lift kem pun ternyata enggak seekstrem waktu pegang Suzuki, “Sekarang cukup 9 mm, kalau dulu bisa 9,7 mm. Dipadu durasi kem in 274° dan ex 273°,” lanjut penggemar mobil Holden ini. Klep pakai Sonic yang dimodif jadi 29 dan 23 mm, berpadu per klep AHRS warna orange.
Suplai bensin pakai karburator Keihin PWK 28, di Purbalingga kemarin dengan cuaca sedang pakai pilot jet 50 dan main jet 120. Knalpot tentu saja andalkan merek AHRS tipe F4. Pengapian pakai CDI BRT i-Max 8 step dipadu koil Yamaha YZ125.
Suspensi belakang konon pakai Showa nih
Sedikit unik saat melihat kaki-kaki, tuh peleknya ternyata sisa kejayaan Suzuki. “Iya tuh pakai pelek AHRS yang untuk Suzuki,” kekeh Hasyim. Apalagi kalau lihat cakramnya, setia milik RGR! Ban pakai keluaran IRC slick terbaru, Fasti 1.
Suspensi depan pakai tabung Yamaha Jupiter dengan daleman dari Kayaba, “Bisa diatur tapi yang tahu hitungannya orang Kayaba tergantung masukan dari pembalap,” imbuh kelahiran 15 Desember 1980 ini.
“Ke depannya tinggal konsentrasi riset bodi, biar pembalap bawanya lebih nyaman,” tutup Hasyim. Semangaaattt…!!! (motor.otomotifnet.com)
Data Modifikasi
Ban: Fasti 1 90/80-17
Cakram: Suzuki RGR
Klep: Honda Sonic
Per Klep: AHRS
Karburator: Keihin PWK 28
Knalpot AHRS: F4
Kopling: FCC
CDI: BRT i-MAX 8 step
Koil: Yamaha YZ125
Ganti merek ternyata butuh adaptasi lama, baik pembalap maupun mekaniknya. “Riset mesin dan bodi benar-benar dari nol, pembalap pun mesti cari setingan dari awal,” buka Hasyim Sonedi, mekanik tim Honda Cargloss AHRS.
Knalpot pasti pakai AHRS, blar-blar…
Apa resepnya? “Dari awal cari performa dan ketahanan terbaik. Riset cylinder head terus pakai flowbench dipasang lalu di-dyno,” ujar Hasyim. Di awal seri menurutnya rasio kompresi bisa sampai 12,9:1, sekarang demi daya tahan cukup 11,9:1.
Turun di kelas 125 cc, Blade dijejali piston 54,4 mm jadi masih aman dari batas maksimal 130 cc, karena kapasitas hanya 129,16 cc.
Pelek AHRS, cakram RGR dan ban IRC slick perkuat kaki depan. Karbu setia dengan Keihin PWK 28
Suplai bensin pakai karburator Keihin PWK 28, di Purbalingga kemarin dengan cuaca sedang pakai pilot jet 50 dan main jet 120. Knalpot tentu saja andalkan merek AHRS tipe F4. Pengapian pakai CDI BRT i-Max 8 step dipadu koil Yamaha YZ125.
Suspensi belakang konon pakai Showa nih
Suspensi depan pakai tabung Yamaha Jupiter dengan daleman dari Kayaba, “Bisa diatur tapi yang tahu hitungannya orang Kayaba tergantung masukan dari pembalap,” imbuh kelahiran 15 Desember 1980 ini.
“Ke depannya tinggal konsentrasi riset bodi, biar pembalap bawanya lebih nyaman,” tutup Hasyim. Semangaaattt…!!! (motor.otomotifnet.com)
Data Modifikasi
Ban: Fasti 1 90/80-17
Cakram: Suzuki RGR
Klep: Honda Sonic
Per Klep: AHRS
Karburator: Keihin PWK 28
Knalpot AHRS: F4
Kopling: FCC
CDI: BRT i-MAX 8 step
Koil: Yamaha YZ125