Test Ride Honda CBR 600RR Racing ART, Dahsyaaat!

Bogor - Bersamaan dengan test ride CBR 250R milik tim Astra Motor Racing Team (ART) yang sudah dibahas sebelumnya, OTOMOTIF juga mencoba CBR 600RR yang mengantar Dimas Ekky Pratama menduduki peringkat 3 di klasemen akhir kejurnas Supersport 2013. Seperti apa performanya?

Sebelum masuk trek, wajib mendengar instruksi dari sang pawang, tentu saja Dimas Ekky. Dikasih tahu beberapa tips, seperti posisi gigi yang pas tiap tikungan dan proses pindah gigi. Ternyata arah tuas sudah dibalik mirip MotoGP, satu dicungkil selanjutnya diinjak.
Tak lupa pembalap bertubuh jangkung ini memberi tips rpm yang pas untuk pindah gigi, “Kalau mau mantep bisa di kisaran 14.000 rpm,” ujarnya. Artinya sedikit di atas rpm peak power dalam kondisi standar, yaitu 118 dk/13.500 rpm.

Berikutnya yang diperhatikan rem depan, “Putar ke atas kalau tuas makin dalam karena panas,” tunjuk Dimas pada kenop yang ada di setang kiri, yang berhubungan dengan master rem.
Oke deh, setelah jelas langsung pencet tombol starter. Brummm… Suara merdu langsung terdengar dari knalpot yang sudah aplikasi merek TSR asal Jepang. Kendati ban telah dipanaskan pakai tire warmer, lap-lap awal jalan santai untuk mengetahui karakter motor dan titik pengereman.

Begitu masuk lap ke-4, mulai deh berani betot gas. Wuih ternyata benar yang dibilang Dimas, begitu menyentuh 8.000 rpm dan shifting di kisaran 14.000 rpm terasa banget dahsyatnya, motor 4 silinder 599 cc ini larinya begitu cepat. Wuuusss… Di ujung straight di gigi 6 pasti di atas 250 km/jam! Sayang spidometer dimatikan.
Proses pindah gigi dengan dibantu quick shifter tak perlu tutup gas dan tarik kopling. Langsung injak gigi langsung naik, bikin akselerasi tiap keluar tikungan lebih cepat. Saat turun gigi dan jelang masuk tikungan motor tetap anteng, ban belakang enggak ngunci walaupun engine brake kasar, “Kan ada slipper clutch-nya,” terang Dimas saat di paddock.

Handling istimewa, motor yang dalam kondisi standar punya berat 186 kg sangat gampang diajak belok, seiring bertambahnya lap, makin mengenal karakter sehingga melibas tikungan Sentul jadi begitu nikmat.
Sampai enggak sadar sliding pad habis! Harap maklum, suspensinya sudah ganti Ohlins dipadu ban ekstra lunak Dunlop Sportmax.

Saking enaknya, Mr. Testo lupa entah sudah habis berapa lap. Yang jelas terpaksa terhenti lantaran berkibar bendera merah, sudah jam 12.00 waktunya istirahat! “Time-nya lumayan, 1:46, bisa turun junior superbike,” komentar Ade Rahmat, manajer teknik ART yang diam-diam pegang stopwatch.

Wah itu baru pertama pegang, kalau sering latihan bisa makin kencang tuh! Hehee…  (motor.otomotifnet.com)