Fitur ini sebelumnya sudah terdapat di Honda PCX 125 dan 150, cara kerjanya juga sama, tidak ada perbedaan. Begitu juga bila dibandingkan dengan Honda Vario Techo 125 sebelumnya, perbedaan tidak banyak. Hanya ECM, kabel bodi, speedometer dengan stand-by indicator, dan switch idling.
"Karena sebelumnya Honda sudah merancang fitur ini untuk mesin Vario, jadi tidak banyak ubahan pada Vario Techno 125 yang dilengkapi ISS dengan yang sebelumnya,” jelas Sarwono Edhi, Technical Training Development PT Astra Honda Motor (AHM).
Kolase Honda, Opix
Memahami Cara Kerja Komponen Idling Stop di Vario Techno 125 CBS
Perbedaan paling utama yaitu Engine Control Module (ECM). Pada Vario Techno 125 CBS Idling Stop yang dilengkapi ISS, ECM-nya memiliki program yang berbeda dengan varian sebelumnya.
“Karena tugas ECM bertambah dengan menerima sinyal-sinyal dari setiap sensor dan akan memproses data-data yang diperlukan untuk mengaktifkan idling stop system,” terang Edhi sapaan akrabnya.
Komponen lain yang berbeda tentu kabel bodi karena penggantian ECM dan penambahan jalur kabel ke lampu indikator di speedometer dan switch idling. Speedometer juga jelas berbeda karena versi terbaru ini sudah dilengkapi dengan lampu indikator (stand-by indicator) pengingat ISS.
Sebagai gambaran ada beberapa komponen dan sensor yang bertugas mengaktifkan fitur ini. Untuk komponen non sensor ada idling stop switch, stand-by indicator dan engine control module (ECM).
Sedang untuk sensor injeksi didukung oleh ECT sensor (Engine Coolant Temp), VS sensor (Vehicle Speed), TP sensor (Throttle Position).
Urutannya kerjanya sebagai berikut, pertama aktifkan dulu switch idling stop. Lalu nyalakan mesin dan jalankan motor. Motor dianggap telah berjalan dan digunakan bila memenuhi dua syarat yaitu suhu mesin sudah mencapai 60 derajat dan sudah mencapai kecepatan 10 km/jam.
Setelahnya, VS sensor dan ECT sensor akan memberikan sinyal ke ECM untuk bersiaga, sehingga ketika motor berhenti lebih dari 3 detik, mesin akan langsung mati.
Urutannya kerjanya sebagai berikut, pertama aktifkan dulu switch idling stop. Lalu nyalakan mesin dan jalankan motor. Motor dianggap telah berjalan dan digunakan bila memenuhi dua syarat yaitu suhu mesin sudah mencapai 60 derajat dan sudah mencapai kecepatan 10 km/jam.
Setelahnya, VS sensor dan ECT sensor akan memberikan sinyal ke ECM untuk bersiaga, sehingga ketika motor berhenti lebih dari 3 detik, mesin akan langsung mati.
Ketika mesin mati dalam ditandai dengan nyala indikator pada spidometer. Dalam proses ini posisi piston juga akan melakukan swing back atau kembali dalam kondisi tidak melakukan kompresi.
"Tujuannya supaya tidak ada beban yang terlalu berat saat mesin menyala kembali,” kata pria berkacamata ini.
Giliran mesin mau dinyalakan, saatnya TP sensor yang pegang peranan. Ketika selongsong gas diputar, TP sensor memberikan sinyal ke ECM untuk memerintahkan mesin agar menyala kembali. Jadi tidak perlu pencet tombol stater lagi, cukup dengan memutar gas saja.
Salah satu komponen lagi yang wajib ada pada idling stop system adalah ACG starter, perangkat starter yang sekaligus menjadi altenator. Pada ACG starter tidak ada lagi dinamo starter konvensional dan mekanisme gigi penggeraknya, sehingga proses menyalakan mesin jadi lebih halus dan mudah.
"Tujuannya supaya tidak ada beban yang terlalu berat saat mesin menyala kembali,” kata pria berkacamata ini.
Giliran mesin mau dinyalakan, saatnya TP sensor yang pegang peranan. Ketika selongsong gas diputar, TP sensor memberikan sinyal ke ECM untuk memerintahkan mesin agar menyala kembali. Jadi tidak perlu pencet tombol stater lagi, cukup dengan memutar gas saja.
Salah satu komponen lagi yang wajib ada pada idling stop system adalah ACG starter, perangkat starter yang sekaligus menjadi altenator. Pada ACG starter tidak ada lagi dinamo starter konvensional dan mekanisme gigi penggeraknya, sehingga proses menyalakan mesin jadi lebih halus dan mudah.