Meski mobil yang dipelihara tergolong minoritas dibanding merek lainnya, toh mereka tetap eksis.Bahkan hingga di arena balap 402 meter. Apalagi kalau bukan Mazda 323 sedan saloon yang pada era ‘90-an dikenal dengan sebutan Lantis dan Familia.
BALAP ATAU ELEGAN
Tak salah bila 323 Lantis dan Familia terbilang jarang di pasaran. Sedan kompak tetapi nyaman ini harus menerima kekalahan telak bersaing dengan Toyota atau Honda yang lagi gencar diminati seperti All New Great Corolla. Meminjam istilah pedagang, ‘kurang laku’.
Meski begitu, Dimitri dan Zefry tetap semangat dengan besutan kesayangan mereka yang sudah dipakai selama 3 tahunan. “Familia itu mobil enak dipakai dan tidak rewel, tetapi banyak orang tak berani memelihara karena spare parts yang katanya mahal,” jelas Dimitri sambil menunjuk Mazda 323 Familia berkelir putih.
Memang, diakuinya mencari suku cadang racing tak segampang merek lain yang ibaratnya tinggal nyerok langsung dapat. “Mencari camshaft Mazda Speed untuk mesin BP05 ini saja kudu hunting selama berminggu-minggu,” ujar Zefry lagi. Selebihnya harus main persamaan alias parts swap dari mobil lain.
Itu sebabnya, Dimitri enggak mau resiko dengan melakukan rombakan ekstrem pada mesin BP05 di Familia miliknya. “Main piggyback sama pasang header aja, mesin langsung enak buat ngebut,” papar pria yang berdomisili di bilangan Jakarta Timur ini.
Selebihnya, Dimitri lebih senang mendandani mobil dengan aliran elegan untuk dipakai harian. “Saya sudah gonta-ganti pelek dan ini merupakan kombinasi terbaik,” ujar Dimitri menunjuk ke pelek alloy Mercy S-Clas berdiameter 16 inci.
Apalagi kalau bukan sound system beraliran SQL dengan konfigurasi single subwoofer untuk menemaninya selama cruising keluar kota.
Bisa jadi, lantaran Unichip Q keluaran Dastek, header 4-2-1 dan pengapian di-set untuk ‘mengangkat’ akselerasi karena bobot mobil yang bertambah.
Lain ladang, lain ikannya berlaku untuk kondisi mobil Dimitri dan Zefry. Sama-sama membawa ‘perabotan lenong’, Zefry lebih senang membawa customized aluminium fuel tank dan tabung nitrous di bagasi ketimbang peralatan audio. Namanya juga mobil balap, Bro!
Termasuk saat melongok ke bagian kabin alias kokpit yang berisi tachometer monster dan perangkat performa lainnya. “Meski begitu, diusahakan tampilan mobil tetap standar biar dibilang sleeper,” kekeh Zefry.
Kecuali kalau memang lagi drag race di sirkuit Sentul, pelek depan Enkei RPF01 dan ban slick MH enggak bisa bohong, pasti mesin udah oprekan full.
Sebut saja, piston forged alloy Wiseco, camshaft 272° Mazda Speed, cam gear HKS, header 4-1, nosel injektor Mitsubishi Lancer Evo IV, nitrous oxyde wet system 100 dk dan ECU stand alone.
Apapun selera mereka dalam mendandani Mazda 323 Familia kesayangan, tak membuat sedan kompak 4 pintu ini hilang pamor.
Sebaliknya komunitas yang dibina selama terasa semakin erat. Mungkin karena kaum minoritas sehingga mereka justru lebih solid.
Rencana ‘kopdar’ hari Minggu tanggal 22 Januari besok di Senayan, Jaksel bisa jadi pertanda Familia dan Lantis masih eksis sebagai dream car back to 90s. (mobil.otomotifnet.com)