Ragam Oli Transmisi Otomatis, Salah Spek Bikin Rusak

Otomotifnet - Kamis, 31 Juli 2014 | 09:17 WIB

(Otomotifnet - )

Otomotifnet.com - Teknologi transmisi otomatis kini terus berkembang dan terbagi menjadi beberapa jenis. Nah, setiap jenis transmisi, membutuhkan spesifikasi oli yang berbeda. Jangan dilanggar!

Nyawa transmisi matik ada di oli. Sebab, prinsip dasar transmisi matik menggunakan tekanan oli dan torque converter (TC) untuk menggerakkan perpindahan gigi.

TC menggantikan kopling mekanis pada transmisi manual. Dan seluruh bagian kampas kopling matik ini terendam oli.

Makanya, kualitas oli menjadi kebutuhan yang mutlak. Jadi, memilih oli matik pun ada rambu-rambunya. Tak boleh asal. Itu sistem matik konvensional.

Apalagi, saat ini ada beragam jenis transmisi matik yang dipakai pada mobil di atas tahun 2000-an. Mulai elektronik, CVT serta dual clutch.

“Setiap jenis transmisi ini mempunyai rekomendasi oli yang berbeda dan tidak boleh tertukar. Pemakaian oli yang salah tak hanya berdampak pada performa, tapi juga bisa merusak sistem kerja transmisi,” tegas Dadi Hendriadi, Division Head Technical Service Division PT. Toyota Astra Motor. 

Lebih lanjut Dadi menambahkan, di mobil Toyota saja mempunyai 3 jenis oli matik yang berbeda. Untuk Avanza dan Rush menggunakan Dexron III (gbr.1). Sedangkan Kijang Innova dan Fortuner mengunakan T-IV (gbr.2).

Untuk Camry dan Vios memakai ATF WS. Sedangkan varian mobil yang menggunakan transmisi sistem CVT seperti Corolla Altis, memakai CVT Fluid.

Perbedaan ini dipicu dari perbedaan sistem kerja tiap jenis matik. Pada transmisi matik konvesional, lebih sederhana. Tak terdapat chips elektronik yang terendam oli.

Oli hanya bertugas sebagai pelumas dan tenaga hidrolis bertekanan tinggi, yang membuat perpindahan gigi serta memutar kopling, sampai berlangsung perpindahan tenaga ke roda. Makanya kebutuhan olinya cukup memakai Dexron III.

Tapi, buat transmisi yang menggunakan sistem elektronik, mempunyai rangkaian elektronik yang terendam di dalam oli. Otomatis membutuhkan spesifikasi oli yang ramah terhadap perangkat ini.

“Oli tidak boleh menghantar arus listrik. Jika menggunakan oli matik jenis konvensional, maka perangkat ini bisa rusak,” tegas Ode Mimi Putra, pemilik bengkel Car Garage, dari Tangerang.

Contoh mobil yang menggunakan transmisi sistem elektrik seperti Volvo S40, BMW 320i tahun 2002 ke atas dan banyak lagi.

Terlebih lagi sistem Continuously Variable Transmission (CVT). Beberapa mobil yang menggunakan girboks CVT seperti Honda Mobilio, Odyssey, Mitsubishi Outlander Sport, Nissan Juke dan banyak lagi.

Teknologi matik terbaru ini lebih rumit. “Tidak ditemukan roda gigi seperti transmisi matik konvensional. Diganti dua puli yang dihubungkan sabuk baja (belt). CVT bergerak dengan dinamis. RPM naik akan disesuaikan kecepatan," tambah Usman Adie, Service Operation Manager Tunas Toyota, Pasar Minggu, Jaksel.

 

Pergerakan CVT ini diperintah oleh sistem komputer yang terdapat pada ECU. Makanya, perlu oli dengan spesifikasi khusus yang ramah terhadap puli dan juga bisa mengikuti kecepatan dari perintah komputer (gbr.3).

Bila salah memasukkan oli, resiko paling kecil akan terjadi slip pada puli. Sehingga, transmisi ini tak bisa menyalurkan tenaga yang optimal ke roda. Resiko terbesar, kerusakan pada sistem transmisinya.

Makanya, jangan sampai salah pilih oli matik. (mobil.otomotifnet.com)