Jakarta - Keberadaannya kerap tak dilihat. Setelah dalam keadaan darurat, baru tersadar kalau komponen ini sangat penting. Itulah sekelumit cerita ban cadangan. Tidak banyak pengendara yang rajin menengok keberadaannya. Meski kerap menghuni ruangan yang jarang dijamah, bukan berarti bisa menyepelekan ban cadangan loh.
Sebab, setiap ban pasti memiliki umurnya, walau tidak dipakai. Maksimal usia pakai ban yakni 5 tahun, dihitung sejak tanggal produksi yang terletak pada dinding ban. Sebab itulah setiap pemilik harus menjalani program rotasi, termasuk juga ban cadangan. Lakukan hal ini paling tidak 1 tahun sekali, akan lebih baik jika setiap kelipatan 10 ribu km dilakukan rotasi.
Ban serep yang terus bertengger di tempatnya tanpa pernah dipakai belum tentu masih bagus. Secara fisik mungkin iya, tapi kemampuannya pasti menurun. Wajar saja, namanya juga dari karet, pasti memiliki umur pakai. Jadi kalau sedang memilih mobil seken dan ada kata-kata ‘ban serep belum turun', lebih baik periksa lagi deh, apakah kondisinya masih layak pakai.
Selain itu, dimensi ban cadangan juga beragam. Mulai ukuran yang sama seperti terpasang, model lebih kecil, bahkan ada yang tak dilengkapi ban serep. Nah, biasanya mobil-mobil tanpa ban serep tersebut sudah menggunakan jenis RFT (Run Flat Tyre). Untuk Indonesia, biasanya terpasang pada jenis premium, seperti keluaran Mercedes-Benz, BMW dan Mini.
Meski tidak semua variannya. Selain RFT, biasanya juga dilengkapi dengan kompresor kecil dalam keadaan darurat.Wah, banyak ya tentang ban cadangan. Simak terus, karena terdapat mengenai perawatan, teknologi run flat tyre, sampai tekanan anginnya. • (otomotifnet.com)
Kolong
Ban serep kolong ini biasanya terdapat pada kendaraan jenis sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV) atau van. Kalau kerap diacuhkan, terkadang kondisinya terlihat memprihatinkan. Dibiarkan kotor terkena debu, air, lumpur sampai tanah. Masih beruntung kalau ikut dicuci, biasanya dibiarkan saja kotor.
Maka tak jarang, ketika diturunkan dari tempatnya, debu tebal menumpuk. Padahal kalau sudah kotor, yang rugi pemilik kendaraan itu sendiri. Saat diturunkan, tangan bahkan pakaiannya kotor oleh debu. Sebaiknya sih, saat mobil dicuci, ban tersebut ikut juga dibersihkan. Bukan itu saja, terkadang pemilik juga tidak paham cara menurunkannya.
"Mudah kok, tinggal putar bautnya pakai kunci roda. Memang seperti los, karena itu sebenarnya dalam proses turun. Hati-hati justru ketika menaikkannya. Jangan dibiarkan terlalu kencang, karena justru dinding ban akan tergencet," sebut Adrianus Bima, pemilik toko ban ADR di Cijantung, Jaktim.
Selain ban, mekanisme baut untuk menurunkan juga kadang dilupakan. Posisinya yang di bawah membuatnya sulit dirawat. Jika sudah begini, akan menyulitkan saat menurunkan ban. "Semprot dulu pakai cairan penetran. Tunggu sebentar, baru putar.
Bisa lebih lancar," terang Aim Sunarto, mekanik di bengkel OTOMOTIF Sport Station (OSS). Tapi saat dinaikkan, jangan gunakan oli atau grease pada ulir baut, karena justru bisa menarik debu dan kotoran lain. •
Perawatan
Beberapa bengkel resmi memang memasukkan prosedur untuk melakukan pemeriksaan tekanan angin ban cadangan setiap kali servis rutin. "Kalau di Auto2000, biasanya setiap servis 10 ribu km sekali, kita cek tekanan ban serepnya, kalau kurang langsung ditambahkan," jelas Erwin Tubun Hermawan, Kepala Bengkel Auto2000 cabang Bintaro.
Namun tanpa servis resmi pun, pengecekan berkala wajib dilakukan, bisa menggunakan pengukur tekanan pada kompresor portable maupun yang kini disediakan pada SPBU. Seperti dijelaskan Refil Hidayat, Product Manager PT. Michelin Indonesia, tekanan angin ban akan berkurang sendirinya meskipun tidak dipakai dalam waktu lama.
Hal ini karena perbedaan suhu di dalam dan luar ban yang menyebabkan perpindahan udara melalui pori-pori yang sangat kecil. "Faktor di sekitar ban serep paling menentukan. Seperti Toyota Kijang Innova yang diletakkan di luar, maka tekanan lebih cepat berkurang saat terkena suhu dingin," tambah Refil.
Ban cadangan juga memiliki umur pemakaian. Sehingga tetap harus diperhatikan waktu produksi dan umur yang disarankan oleh produsen. "Kalau Michelin batas wajarnya 10 tahun dari waktu produksi, kode tahun produksi bisa dilihat di dinding ban," lanjut Refil. Bila ban serep sudah melalui batas usianya, maka perlu segera diganti.
Sedangkan untuk mobil tanpa ban cadangan yang disediakan kompresor dan sealant, komponen penambal tersebut juga mempunyai batas usia hingga akhirnya harus diganti meskipun belum pernah digunakan. "Di Porsche, setelah 4 tahun akan langsung kami ganti karena itu prosedur standar," jelas Suhartono, Workshop Head Porsche Center Jakarta.•
Run on Flat/Run Flat Tyre
Perkembangan teknologi pada ban semakin maju seiring berjalannya waktu. Contohnya Goodyear yang menerapkan teknologi run on flat (ROF) atau juga run flat tyre (RFT). "Ban tipe ini dibuat untuk membantu pengendara tetap mampu mengemudi dalam kondisi ban kempis atau kekurangan angin.
Memudahkan karena penggantian ban tidak harus dilakukan saat itu," ujar Wicaksono Soebroto, Corporate & Marketing Communication di Goodyear. Konsep teknologi ROF yakni menahan dinding yang berada di dalam ban. Saat ban mengalami kempis, maka tidak akan mampu menahan beban mobil.
Teknologi ini dibuat untuk memungkinkan pengemudi tetap berkendara di kecepatan maksimal 80 kpj dengan jarak sejauh 80 km dengan keadaan tanpa angin. Yang membedakan ban biasa dengan ban ROF ini pada konstruksi dinding samping. Pada ROF memiliki tambahan bantalan di dalam, sehingga ban tetap mampu menahan bobot mobilnya walau tanpa angin sama sekali.
Perawatan yang perlu dilakukan terhadap ban berjenis ROF tidak sulit. Seperti pada umumnya, tekanan ban harus diperiksa dan sesuai dengan standar yang berlaku secara berkala. Kondisi tapak ban juga harus diperhatikan. Pengecekan kerusakan atau penggantian ban harus dilakukan oleh dealer ban atau mobil.
Untuk membeli ban jenis ini, mau tak mau mesti memesan langsung kepada dealer ban resmi atau pada dealer resmi kendaraannya seperti BMW, Mercedes-Benz dan Mini. Harga yang ditawarkan pasti lebih mahal karena ban ini masih impor.
"Pemakaian ban ini akan lebih efektif dan dianjurkan dipakai ke mobil yang sudah memiliki Tire Pressure Monitoring System sehingga dapat memonitor kondisi tekanan keempat ban secara regular," tutup Wicaksono. •
Bagasi
Berbeda dibanding yang berlokasi di kolong, ban cadangan yang berada di bagasi biasanya tampil baik-baik saja. Tetap klimis nan kinclong. Meski demikian, tetap saja jarang ditengok dan juga jarang dilakukan rotasi. Biasanya ada di kelas sedan dan hatchback.
Asumsi yang mengatakan kalau yang berada di bagasi lebih awet, sebenarnya tidak bisa dibenarkan. Tetap mengikuti standar dari pabrik ban tersebut. Walau berada di bagasi, bukan berarti tanpa perawatan ya. “Sebaiknya secara berkala diangkat dari tempatnya.
Memang tidak ada di buku manual. Ini untuk mencegah dinding ban menempel terlalu erat dengan cat,” tambah Adri, panggilan Adrianus Bima. Perawatan lainnya pada baut pengunci ban. “Bisa olesi dengan grease supaya pas dibuka lebih mudah. Jangan pakai oli karena terlalu encer,” saran Badung, panggilan Aim.
Ketika memasang kembali baut ini harus sangat diperhatikan. Jangan sampai miring, karena bisa menggerus ulir baut dan juga ulir yang ada di bodi. Nantinya tidak bisa mengunci ban dengan kencang dan baik. •
Jenis
Pada kendaraan yang cenderung berumur tua, hadirnya ban serep masih menjadi hal yang umum. Namun seiring bertambah mulusnya jalanan dan berkembangnya teknologi, penggunaan ban serep pun mulai berkurang.
Pada mobil-mobil terkini, terdapat 3 jenis ban serep yang digunakan, yaitu full-size, space-saver dan tanpa ban cadangan. Mobil tanpa ban cadangan biasanya mempunya ban berjenis run flat tyre (RFT), ataupun disediakan kompresor udara dan komponen penambal bagi yang masih menggunakan ban standar.
Ban serep full-size masih menggunakan ukuran pelek dan ban sama dengan yang dipakai pada keempat ban standar. "Pada Toyota Avanza Veloz, ban serep sama persis dengan ban standar yang dipakai, sedangkan Avanza tipe lainnya menggunakan pelek kaleng, sehingga konsumen selalu ingat untuk mengganti ban ketika sedang menggunakan serep," jelas Sartono, Technical Leader Auto2000 cabang Bintaro.
Ban serep berjenis space-saver atau yang biasa disebut donut memiliki ukuran yang lebih kecil daripada ban aslinya. Contoh saja Toyota Nav1 tipe V, ban standarnya menggunakan ukuran 205/60 dengan pelek 16 inci, sedangkan ban cadangan jauh lebih kecil, hanya T145/70 dengan pelek kaleng 17 inci. Huruf ‘T' merupakan kependekan dari temporary atau sementara.
Jadi, jangan pernah dipakai untuk jangka waktu lama ya. "Mengikuti standar Euro III dari Jepang, Nav-1 harus dipasangkan ban serep berjenis space-saver. Selain itu karena Nav1 diperuntukkan sebagai mobil keluarga, jadi ruang yang tersedia dimaksimalkan," jelas Erwin Tubun Hermawan, Kepala Bengkel Auto2000 cabang Bintaro.
Selain Nav1, mobil lain yang menggunakan space-saver misalnya Nissan Serena dan Honda Civic. Selanjutnya, mobil yang menggunakan jenis ban standar dan tidak dilengkapi ban serep, disediakan kompresor penambah tekanan angin dan sealant sebagai penambal.
"Semua tipe Porsche tidak terdapat ban cadangan kecuali diminta untuk tambahan. Ini untuk mengurangi beban sebanyak sekitar 10 kg, karena pada performance cars, hal tersebut krusial untuk menaikkan performa dan menurunkan konsumsi bahan bakar," jelas Lukas Lukasiewicz, After Sales Manager Porsche Indonesia.
Sealant ini dapat dipakai selama kerusakan tidak terjadi pada dinding ban, karena cairan akan otomatis menutup kebocoran yang terjadi pada permukaan ban. Pada Porsche Macan, jumlah dapat digunakannya sealant tergantung besarnya kerusakan.
"Cara pakainya tinggal ganti valve yang disediakan, lalu masukkan cairannya tergantung seberapa parah kebocorannya. Kemudian ban kembali dipompa menggunakan kompresor, setelah itu hanya boleh jalan hingga 80 kpj, dan ban harus segera diganti," urai Suhartono, Workshop Head Porsche Center Jakarta.•