Jangan Pernah Menetralkan Gigi Persneling di Jalanan Menurun

Rabu, 2 Juli 2014 | 14:30 WIB



Jakarta - Barangkali, masih ada pengemudi mobil suka menetralkan gigi persneling saat melewati jalanan menurun dengan tujuan irit bahan bakar. Alasan yang masuk akal lantaran putaran mesin idle. Sejujurnya, tindakan itu justru sangat berbahaya dan mengundang maut. 

“Benar, dengan memindahkan ke posisi netral akan lebih irit karena terjadi fuel cut. Tapi pengaruhnya tidak banyak dan justru hampir tidak terjadi jika dihitung secara akumulasi perjalanan. Perlakuan seperti ini sangat tidak benar,” ucap Nurcholis, National Technical Leader PT Toyota-Astra Motor.

Secara akumulasi, nyaris tidak ada pengaruh dalam mengirit bensin. Sebab, tidak mungkin dalam perjalanan selalu turunan, pasti ada jalanan tanjakan, mendatar, lalu melakukan akselerasi atau deselerasi.


Perilaku berbahaya ini tidak hanya berlaku ketika berada di jalan raya seperti tol atau daerah perbukitan, tapi juga termasuk ketika turun dari parkiran mal. Bayangkan, mobil dalam keadaan posisi transmisi netral, kemudian tiba-tiba ada orang menyebrang atau kendaraan pindah jalur. Tak hanya untuk transmisi manual, sama hal di transmisi otomatis. Usahakan taruh di posisi gigi paling rendah untuk mendapatkan efek engine brake.


Kondisi mobil dengan transmisi netral ketika di jalan menurun, ibarat orang sedang berjalan kemudian didorong. Jelas akan langsung berlari kencang. Bisa dibayangkan jika tiba-tiba harus berhenti, jelas sangat kerepotan. Pun begitu untuk transmisi otomatis. Saat dibiarkan di posisi D, ECU akan membaca kalau mobil memang akan melaju lebih cepat. Maka dari itu, akan selalu pindah ke posisi lebih tinggi.

“Saat mobil meluncur dengan posisi gigi netral dan ada hal mendadak yang harus dilakukan pengereman, jelas akan kerepotan. Rasanya juga akan sangat sulit untuk bisa langsung berhenti. Berarti kondisi ini berbahaya bagi pengendara dan lingkungan sekitar,” tambah Dedi Junaedi, Kepala Bengkel Honda Pondok Pinang, Jaksel.


Semakin berbahaya jika menggunakan mobil-mobil besar yang mempunyai beban berat. Jarak berhenti akan akan sangat berbeda. "Dengan beban yang berat maka daya dorong juga besar. Untuk bisa berhenti jelas membutuhkan jarak yang lebih jauh dibanding mobil yang enteng," tambah Nurcholis.


Pada saat gigi persneling netral, berarti akan terus mengandalkan rem. Rutin menginjak pedal rem, sangat mungkin kehilangan performan pengereman akibat panas. Efek lain, minyak rem pun jadi panas dan mendidih. Ketika mendidih itu terjadi gelembung di tabung minyak rem dan tersalur ke jalur rem. Inilah yang membuat rem blong.

(Mobil.Otomotifnet.com)