Seting kem mengikuti pola sirkuit menentukan kemenangan. Seperti di Honda Blade Yogi Hermana, rider tim Honda Intrac Enduro KYT Medan (HIEKM). Ketika geber di Sirkuit Pancing dalam ajang Honda Racing Championship (HRC) Medan, durasi kem dibikin sempit.
Durasi sempit sanggup meraih toreh-an waktu 57,9 detik. Membuat Yogi jadi gerbong yang bisa mengikuti Owie Nurhuda, rider Honda MS Nissin Top-1 KYT FDR Denso TDR, Jakarta. Owie juga turun di HRC Pancing. Sebagai rider pembanding pembalap Sumatera. Khusus di Medan, motor disebut kereta. Kalau balapan motor, berarti balapan kereta. Pas, kan!
Khusus di Sirkuit Pancing, Bambang seting timing camshaft lebih rendah dibanding lintasan non permanen. Klep isap membuka 33 sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 57 sebelum TMB (Titik Mati Bawah). Total durasi klep in 270
Sedangkan katup buang diset membuka 57 sebelum TMB dan menutup 34 derajat setelah TMA. Total durasi klep buang 211. Angka ini lebih kecil dari biasanya yang dibuat 274.
“Durasi kecil, problemnya memang putaran atasnya jadi enggak jalan. Mungkin mesti diatur lagi. Tapi, enak dipakai akselerasi,” kata Bambang yang menggunakan Mikuni TM24 dengan memasok pilot-jet 30 dan main-jet 160.
Kondisi durasi yang terlalu sempit membuat Blade Yogi susah mencapai top speed tinggi. Tapi, enaknya lebih cepat keluar tikungan sehabis ngebrake abis.
“Berbeda dengan Blade pacuan Owie. Durasi kemnya tinggi. Walau harus gatung rpm karena power terletak di ga- singan menengah-atas,” kompak Yogi dan Bambang.
Perbedaan durasi kem yang diset Bambang enggak mengubah banyak kompresi. Di Pancing kompresi dibikin 12,7:1, sedangkan di sirkuit non permanen paling tinggi 12,9 : 1. Bagi Bambang dengan kompresi segitu mesin Blade akan aman.
Hasilnya balapan MP2 menempatkan Yogi posisi ke-2 di bawah Owie. Hitungannya Yogi jadi rider tercepat dari Sumatera di HRC Pancing. Ini berkat jadi gerbongnya Owie.
BUKAN RANGKANYA
Owie Nurhuda memainkan Honda Blade di Sirkuit Pancing, Medan, yang panjangnya 1,25 km seperti menari. Berbeda dengan rider asli Medan yang kesulitan dengan trek permanen penuh camber positif.
Rider lokal menyangka rangka Blade milik Owie dibikin khusus. “He..he..he... Enggak tuh. Lihat aja sendiri rangka masih standar. Yang penting tahu racing linenya dan mesin diset putaran menengah-atas. Sirkuit permanen enggak butuh rem abis. Sedikit aja ngebrakenya,” urai Owie yang asli Sumedang, Jawa Barat itu.
Tuh, kan! (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : FDR 90/80-17
Ban belakang : FDR 80/90-17
CDI : BRT
Pistob : FIM 51,25
Gir: 14/41
Durasi sempit sanggup meraih toreh-an waktu 57,9 detik. Membuat Yogi jadi gerbong yang bisa mengikuti Owie Nurhuda, rider Honda MS Nissin Top-1 KYT FDR Denso TDR, Jakarta. Owie juga turun di HRC Pancing. Sebagai rider pembanding pembalap Sumatera. Khusus di Medan, motor disebut kereta. Kalau balapan motor, berarti balapan kereta. Pas, kan!
Khusus di Sirkuit Pancing, Bambang seting timing camshaft lebih rendah dibanding lintasan non permanen. Klep isap membuka 33 sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 57 sebelum TMB (Titik Mati Bawah). Total durasi klep in 270
Sedangkan katup buang diset membuka 57 sebelum TMB dan menutup 34 derajat setelah TMA. Total durasi klep buang 211. Angka ini lebih kecil dari biasanya yang dibuat 274.
“Durasi kecil, problemnya memang putaran atasnya jadi enggak jalan. Mungkin mesti diatur lagi. Tapi, enak dipakai akselerasi,” kata Bambang yang menggunakan Mikuni TM24 dengan memasok pilot-jet 30 dan main-jet 160.
Kondisi durasi yang terlalu sempit membuat Blade Yogi susah mencapai top speed tinggi. Tapi, enaknya lebih cepat keluar tikungan sehabis ngebrake abis.
“Berbeda dengan Blade pacuan Owie. Durasi kemnya tinggi. Walau harus gatung rpm karena power terletak di ga- singan menengah-atas,” kompak Yogi dan Bambang.
Hasilnya balapan MP2 menempatkan Yogi posisi ke-2 di bawah Owie. Hitungannya Yogi jadi rider tercepat dari Sumatera di HRC Pancing. Ini berkat jadi gerbongnya Owie.
BUKAN RANGKANYA
Owie Nurhuda memainkan Honda Blade di Sirkuit Pancing, Medan, yang panjangnya 1,25 km seperti menari. Berbeda dengan rider asli Medan yang kesulitan dengan trek permanen penuh camber positif.
Rider lokal menyangka rangka Blade milik Owie dibikin khusus. “He..he..he... Enggak tuh. Lihat aja sendiri rangka masih standar. Yang penting tahu racing linenya dan mesin diset putaran menengah-atas. Sirkuit permanen enggak butuh rem abis. Sedikit aja ngebrakenya,” urai Owie yang asli Sumedang, Jawa Barat itu.
Tuh, kan! (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan : FDR 90/80-17
Ban belakang : FDR 80/90-17
CDI : BRT
Pistob : FIM 51,25
Gir: 14/41