Yamaha Jupiter Z, Seting Karakter Stop & Go

billy - Selasa, 3 Januari 2012 | 09:35 WIB

(billy - )


Sebagai racer yang baru setahun naik kategori seeded, Fedri Effendi cukup gemilang. Itu dibuktikan lewat torehan posisi pertama di race I ajang Grand Final Yamaha Cup Race 2011 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur beberapa waktu lalu. Tentunya, di kelas 110 cc.

“Sebagai seeded baru, tapi bisa bersaing dengan pembalap-pembalap IndoPrix. Sayangnya di race ke-2, Fedri  terlibat accident dengan pembalap lain ketika main di kelas 125 cc. Kaki kiri terkilir, jadi tidak maksimal di race 2,” ujar Hasan Tandina, owner tim Yamaha IRM FDR TDR NHK TOP 1 tempat Fedri bernaung. Begitunya total poin tetap membawanya ke posisi empat.

Terlepas dari itu, karakter yang diberikan Yamaha Jupiter geberan Fedri cocok dengan karakter sirkuit dan gaya balapnya. Fedri senang dengan karakter buka-tutup. Maklum, selama ini doi bermain di ajang MotoPrix yang banyak tawarkan sirkuit dadakan. Jadi, lebih banyak stop and go. Bukan rolling speed macam trek permanen.

Sebagai tunner, Apri Wahyudi paham betul keinginan Fedri. Maka itu, sengaja seting kompresi di ruang bakar dibuat tinggi. Yap, sentuh perbandingan 14,3 : 1 dengan pasokan bahan bakar bensol biru.

Angka didapat dari permainan piston dan papasan kepala silinder. Penggebuk ruang bakar, pakai milik TDR diamater 52,25 mm. Diukur dari batas atas pin seher, dome piston bermain di 17 mm. Diameter dome pun dipatok di 40 mm.

Lalu, cylinder head hanya dipapas sekitar 0,5 mm. Squish dibuat 9º dengan bentuk kubah model semi bath tub. Ini cocok buat dongkrak kompresi. “Sengaja papasan head enggak terlalu banyak. Karena dome piston sudah tinggi. Takutnya malah ketinggian,” kata tunner 25 tahun ini.

Buat temani kompresi tinggi yang dipatoknya, Apri mengandalkan durasi kem 276º. Itu berlaku buat klep isap dan buang. Tapi, meski durasi sama, buka-tutup yang diterapkan berbeda.

Klep isap alias in, membuka 31º sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 65º setelah TMB (Titik Mati Bawah). Sedang klep buang, membuka 59º sebelum TMB dan menutup 37º sebelum TMB.

Toh, jika dilihat dari durasi buka-tutup kem, tentunya LSA (Lobe Separation Angle) yang diusung tiap bubungan juga berbeda. Buat klep in, LSA main di 107º. Sedang di klep ex, 101º.

"Tapi, waktu di Kanjuruhan, saya ubah sedikit buat yang ex. Membuka 57º sebelum TMB dan menutup 35º setelah  TMA. LSA tetap sama, 101º. Tujuannya biar power lebih cepat keluar lagi,” tambah tunner yang juga keponakan dari Sri ‘Ghandoel” Hartanto, salah satu tunner senior tanah air.

Yap! Terutama ketika Jupiter-Z ini diajak melibas tikungan ke-2 alias R2 yang punya bentuk layaknya huruf L. "Selepas tikungan rolling stopie, ketika dipaksa late braking juga enggak masalah. Power langsung keluar ketika gas dibuka lagi," ungkap Fedri menambahkan.

Nah, usai fokus bermain di putaran bawah, Apri mengaplikasi karburator Mikuni 'kotak' keluaran Sudco. Menurutnya, karbu ini cukup membantu buat napas di putaran atas. "Rpm atas enggak cepat drop. Apalagi, mesin minta seting agak basah. Spuyer main-jet 155 dan pilot-jet 35. Tapi, waktu sore, main-jet diturunkan jadi 150 karena sedikit mendung," tutup tunner yang punya workshop bernama Intan Raya Motor (IRM). Sukses! (motorplus-online.com) 

DATA MODIFIKASI
Ban : FDR 90/80-17
Disc brake : TDR
CDI : Rextor Pro Drag
Sok belakang : YSS
Knalpot : SND