Meledaknya volume silinder, berkat stroke yang naik lewat aplikasi pen stroke 3 mm. Naik-turun, jadi 6 mm. “Piston, pakai Honda Tiger oversize 125. Jadinya, 64,75 mm,” buka Hendro dari workshop HDR M-Tech di Kampung Bojong, Gunung Putri, Citerup, Jawa Barat.
Wah, kok bisa ya! Padahal dari kenaikan stroke dan piston Tiger saja setidaknya sudah mengharuskan pemakaian paking blok lebih dari 4 mm. Kuncinya setang seher alias setang piston.
Mengakali piston agar tidak mentok saat TMB (Titik Mati Bawah), ada penyesuaian yang dilakukan. Yaitu, pemotongan dinding bawah piston Tiger sebanyak 5 mm. “Aman dari benturan kruk-as. Bagian atas atau dome, dipapas 0,3 mm,” kata pria akrabnya disapa Kokoh ini.
Pakai piston Tiger yang punya pin 15 mm, dia ogah sistem bushing. Kokoh, lebih pilih bubut lubang pen piston di setang piston agar muat pen Tiger. Sebab, pen piston Arashi 14 mm. Maka itu, lubang diperbesar 1 mm. Oh ya! Rantai keteng pun, aplikasi standar Arashi lho! (motorplus-online.com)
Karbu PE di reamer jadi 30mm |
Kapasitas besar, tentu butuh penyesuaian klep. Valve isap dan buang ikut diperbesar. Hendro mengandalkan klep EE. Diameter klep in dibikin 31 mm, klep ex pakai 25,5. Penggarapan sitting klep dibuat lebih serius.
Proses ubahan dilakukan di BRT, Cibonong. “Pakai metode cryogenic, sampai sekarang siting tetap kuat. Enggak mudah oblak. Padahal motor ini juga dipakai harian buat ke kantor,” beber tunner 24 tahun ini.
Diameter porting intake dibuat 27 dan membesar jadi 28 mm. Sedang exhaust dipatok di 25 mm. Ditemani durasi kem 270º, lift klep in dibikin 8,7 mm dan klep ex 9 mm. Dari hasil pengetesan air flow alias aliran gas bakar di Flowbench BRT terbaru, didapat hasil 120 CFM (Cubic Feet per Minute). “Hasil ini sudah cukup optimal. Tapi, masih bisa dibuat jadi 130 CFM,” tegas Kokoh.
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Mizzle 60/80-17
Ban belakang : Mizzle 2,25x17
CDI : BRT Dual Band
Knalpot : Ahau Motor
Sok belakang : YSS