Beda Aki Konvensional dan Aki Maintenance Free

Otomotifnet - Selasa, 24 Mei 2011 | 10:50 WIB

(Otomotifnet - )

Baterai, atau dalam kamus motor, biasa kita sebut aki. Ini jadi komponen pendukung paling penting di motor.

"Apalagi di motor modern. Peran aki sangat penting. Terutama karena motor modern sudah pakai elektrik starter. Tanpa aki, sistem ini tidak berfungsi," jelas Hendy Rohendi, Technical Support PT Yuasa, produsen aki yang bermarkas di wilayah Tangerang.

Sebelum melangkah ke penjelasan Hendy, kita pahami dulu apa itu aki. Komponen ini adalah penyimpan listrik yang dihasilkan oleh sepul dan magnet di mesin. Setrum yang ditampung baterai dialirkan ke semua komponen yang membutuhkannya. Misalnya, lampu, elektrik starter.

"Makanya, kita menyebut fungsi aki itu SLI. Bukan Sambungan Langsung Internasional. Tapi, Starting, Lighting dan Iighting. Menghidupkan motor, menyalakan lampu dan memercikan api," ujar Hendy lagi.

Nah, untuk keperluan motor, Hendy menyebut hanya ada dua tipe aki. Yaitu, aki konvensional dan aki maintenance free atau aki MF. "Sebenarnya ada juga aki tipe hybrid. Tapi, untuk motor, belum ada baterai hybrid," tegasnya.

Oke..., mari mulai membahasnya satu per satu. Dimulai dari aki konvensional dulu. Yang dimaksud Hendy sebagai aki konvensional adalah batere yang biasa disebut sebagai aki basah.

"Sebenarnya disebut aki basah karena cairan di dalamnya terlihat. Merendam sel-selnya. Dan, biasanya, sel-sel aki basah dibuat dari bahan timbel alias PbSb," sebut pria yang sudah mengabdi di kantornya selama 30 tahun itu.

"Aki dulu, yang disebut konvensional, dikenali dengan adanya elemen dan air aki atau aki zuur. Karena terlihat air di dalamnya, kita menyebut aki basah," timpal Tjahyo Sugiarto, manajer Quality Assurance, PT Yuasa Indonesia, produsen baterai Yuasa.

Lalu, seiring kemajuan zaman, teknologi baterai alias aki pun berkembang. Pada aki tipe terbaru, ditemukan bahan yang bisa membuat penguapan air makin minim. Di teknologi yang berikutnya, ditemukan penguapan air atau elektrolik di aki lebih kecil.

Tenologi ini memungkinkan produsen baterai membuat aki yang tidak mengharuskan pemakai mengecek air aki. "Karena tidak terlihat itu lah disebut aki kering. Padahal, di dalamnya tetap terdapat aki zuur. Padahal, karena tidak perlu melihat, mengecek dan merawat, kita menyebutnya baterai maintenance free atau aki MF," jelas Tjahyo lagi.

 Aki MF ini sebenarnya masih menggunakan bahan dasar yang sama, yaitu timbel alias PB. Namun, sebagai penghantarnya, bukan lagi menggunakan Sb alias antimon. "Pada aki MF, penghantarnya menggunakan calsium. Makanya disebut PbCa," bilang Hendy dan Tjahyo.

Bedanya, accu zuur yang masuk ke dalam baterai MF cenderung menjadi gel. Itu bisa terjadi, karena di sel-sel akinya mengandung zat yang bisa mengikat air. Sehingga air tidak terlihat. Makanya bungkusnya pun tertutup rapat dan hitam.

Jadi, pada intinya, baik aki basah atau aki kering, tetap menggunakan timbel alias Pb sebagai penyimpan listrik. Juga tetap memanfaatkan accu zuur untuk menghantar elektrolitnya. "Bedanya hanya pada rangkaian pengikatnya. Aki maintenance free pakai calcium. Yang basah, pakai antimon," sebut Hendy.

Sekarang, kenapa aki basah perlu pengisian air murni untuk merawatnya? Seperti dijelaskan Hendy dan Tjahyo, sifat Sb alias Antimon mereduksi air (zuur). Akibatnya, air di sel baterai berkurang. "Jika H2O menguap, maka timbalnya akan bereaksi dengan udara luar. Akibatnya, lapisan timbel di sel aki bisa rusak. Makanya, ketinggian air aki harus di atas batas lower," wanti Tjahyo.

Beda dengan sifat calcium (PbCa). Calcium punya sifat mengikat oksigen. Alhasil, penguapan air jadi rendah. "Penguapannya lebih lama dari umur aki itu sendiri. Sebelum air habis, sel-sel sudah rusak. Makanya, aki MF tidak perlu perawatan pengisian air. Begitu soak, ya ganti," tegas Tjahyo lagi.

Sekarang bicara perawatannya. Dari tiga perawatan, dua di antaranya sama. Yaitu, kudu tetap jaga kebersihan pentolan sebagai kutub positif dan negatif baterai dari korosi. Dan, tidak sembarangan menambah peranti elektronik. "Bedanya, aki konvensional masih perlu mengecek aki zuur, sedang aki MF tidak perlu," tutup Hendy dan Tjahyo.