Tips All About Ban, Jangan (Pernah) Anggap Remeh! (2)

billy - Rabu, 22 Februari 2012 | 17:06 WIB

(billy - )


 Rotasi Ban (kiri) - Balancing Dan Spooring (kanan)
Rotasi Ban

Menukar ban adalah salah satu kunci panjangnya usia pakai. Setidaknya, semua ban habis berbarengan. “Biar simpel, tukar ban depan dengan belakang setiap 5.000 km. Pada jarak itu tingkat keausan masih di bawah 1 mm,” bilang Zulpata. Sehingga bisa meminimalkan perbedaan keausan ban depan dengan belakang. Sedangkan jika ban serep ingin diturunkan, akan lebih pas jika ditaruh di sisi kiri depan mobil. Karena sisi kiri kerap terkena lubang dan bagian depan lebih terkontrol dari belakang.

Balancing Dan Spooring

Ritual wajib yang harus diperhatikan para pemilik mobil yakni balancing dan spooring roda. Zul, sapaan akrab Zulpata menyarankan spooring roda dilakukan setiap maksimal batas tempuh 10 ribu km. Keharusan melakukan spooring juga bisa dirasakan dari pengendalian yang terasa mulai tidak stabil dan kondisi fisik dari ban sendiri.

Dalam artian, ban yang sudah mengalami kondisi rusak, misalnya kerapkali menghantam medan jalan yang tidak rata. Karena setting-annya bisa berubah. "Tiap ganti ban harus di-balancing juga ya," sarannya

 Ganti Pelek, Tekanan Anginnya? (kiri) - Tutup Pentil (kanan)
Ganti Pelek, Tekanan Anginnya?

Pertanyaan ini kerap muncul setelah mengganti pelek berdiameter besar. Perhatikan load index. Misal ban Toyota Avanza 185/70R14 dengan load index 88 dan tekanan angin 32 psi mampu menahan beban 1.113 lbs (504 kg).

Roda pengganti 215/45R17 dengan load index 87. Harus dinaikkan jadi 33 psi. Tinggal merujuk tabel load index dan load inflation tabel yang ada di bengkel ban. “Paling mudah, biasanya kita naikkan 5 psi, supaya aman kena lubang,” ujar Puguh Eko Purwanto dari Nawilis Radio Dalam.

Tutup Pentil

Tutup pentil ban sebaiknya wajib digunakan. Karena salah satu akses berkurangnya angin adalah dari lubang pentil yang tidak tertutup. "Akibatnya angin dan air bisa masuk," wanti Zul. Dampaknya tekanan angin pun berkurang banyak. Lebih lanjut, kurangnya angin bisa berakibat dari seringnya melintasi lubang, rel kereta api dan trotoar.

Zul menganjurkan mengisi ban dengan nitrogen bermanfaat lebih. Menurutnya, kandungan nitrogen punya molekul butiran yang lebih besar dibanding angin biasa (O2), sehingga sulit keluar dari pori-pori ban. (mobil.otomotifnet.com)