Tingkat Ubahan Mesin Wajib Diikuti Settingan Pengapian

Editor - Senin, 28 Juni 2010 | 08:22 WIB

(Editor - )

OTOMOTIFNET - Tanpa disadari up-grade performa yang banyak dilakukan motormania ternyata ada pula yang memerlukan penyesuaian besar pada waktu pengapian di ruang bakar. Jika itu tidak dilakukan, tentu performa yang dihasilkan bakalan gak maksimal. Tak cukup sekadar pakai CDI racing biasa (single map).

Ubahan yang dimaksud adalah yang mengarah kompetisi. "Kalau hanya porting-polish, naik kompresi atau papas kem sedikit, masih masuk kategori street performance. CDI-nya cukup pakai yang biasa (single map)," bilang Robert Cong, managing director PT Global Motorindo (GM) selaku distributor CDI merek Rextor.


Sebab, lanjut Robert, pada CDI single map itu derajat pengapian umumnya hanya diset lebih maju 2 sampai 3 derajat. "Tapi masih mumpuni mengimbangi korekan mesin yang memakai bahan bakar beroktan 95 dengan rasio kompresi hingga 12 : 1," bebernya.

Tapi kalau ubahan dapur pacu sudah terlampau ekstrem seperti bore-up, stroke-up (naik stroke), papas head dan sebagainya yang berimbas berubahnya konstruksi kerja silinder serta naiknya rasio kompresi secara signifikan, ceritanya akan lain.

"Apalagi sampai menuntut penggantian bahan bakar berspesifikasi khusus yang menganut oktan lebih dari 100, disarankan minimal menggunakan CDI dengan pilihan mapping pengapian lebih dari satu (multi map)," anjur Robert. Karena biasanya pada CDI tersebut pemajuan timing pengapiannya bisa mencapai 10 dejajat lo.

Otak pengapian ini tenar disebut CDI adjustable yang di pasaran ada beberapa pilihan. Antara lain BRT Smart Click (8 step), BRT Dual Band (2 kurva), Rextor Adjustable (16 kurva), XP 301 MC, TDR Adjustble (4 kurva) dan sebagainya. Harganya tak semahal tipe programmable.

Umumnya kesemua CDI tadi memiliki semacam switch atau sakelar guna memposisikan kurva pengapian yang akan dipilih. Sehingga mempermudah pemilik motor dalam memilih mapping pengapian yang dirasakan cocok sama ubahan mesin. Namun kurva tersebut merupakan hasil settingan dari produsen masing-masing.

Ambil contoh BRT Dual Band. "Tipe ini ada 3 macam. Yaitu pilihan kurva standar/tune-up (ST), tune-up/racing (TR) sama racing/kompetisi (RK)," terang Heri dari bagian technical service PT Trimentari Niaga (produsen CDI BRT) yang menyarankan buat mesin standar hingga korek harian cukup pakai yang tipe ST atau TR. Sedang untuk kompetisi, sebaiknya pakai yang tipe RK.

Nah, karena pilihan kurva pengapiannya cuma ada 2, untuk memposisikan kurva hanya perlu sakelar ON/OFF yang umumnya dipasang di setang. Posisi Off berarti mapping yang dipakai adalah kurva standar untuk tipe ST, kurva tune-up untuk tipe TR dan kurva racing untuk tipe RK. Sedang kalau sakelar ON, untuk tipe ST berarti pakai kurva tune-up, kurva racing untuk tipe TR dan kurva kompetisi untuk tipe RK.

Sementara pada produk Rextor Adjustable, BRT Smart Click, TDR Adusjtable (saat ini baru ada untuk Yamaha Mio) dan XP 301 MC pemilihan kurva pengapiannya lewat map selector switch yang terdapat pada badan CDI. Masing-masing mapping punya kode tertentu pada switch tersebut.

"Kalau di produk kami, pilihan mappingnya pakai kode 0 - 9 ditambah a - f. Masing-masing mapping ada rincian derajat timingnya serta klasifikasi untuk ubahan seperti apa yang kami lampirkan pada buku petunjuknya," tukas Robert.


Penulis/Foto: DiC / Andhika