Balap Liar?? Ada Aturan Khususnya Lo..!!

billy - Kamis, 17 Februari 2011 | 13:22 WIB

(billy - )


Kisah balap liar terus terjadi. Dengan segala romantisme yang ada di dalamnya. Di Bandung misalnya, balap liar tersebar di banyak titik.

Generasi baru Moonraker MC, bersaing ketat dengan pentolan mereka dari Brigez, XTC, GBR atau klub lain yang lahir lebih baru semisal kelompok berbasis Kawasaki Ninja 250R, Honda Tiger atau keluarga Yamaha.

”Ritme turun dari Lembang ke kota Bandung masih seru. Biasanya kita lakoni malam atau di atas jam 12,” jelas teman dari Moonraker MC.

Komunitas penyemplak Ninja 250R, walau nggak membahasakannya sebagai balap liar, mereka rutin melakoni ritual ’manasin ban’ di jalur Tengkuban Perahu-Subang pada Minggu pagi.

Di Jakarta titik ’panas’ terpantau di seputaran Jakarta Selatan di Pondok Indah, Matraman, Jakarta Timur dan juga di Jakarta Pusat seperti di daerah Kemayoran juga Monas.

Ketiga tempat itu banyak dijadikan arena balap liar di Ibu Kota karena treknya yang lurus dan panjang.

Dihitung awam, masuk ke jarak 600 meter sampai 800 meter. Soal aturan nggak dibuat ribet Umumnya  disepakati  bebas atau drag biasa.

”Untuk pilihan bebas, joki lawan boleh menutupi lawan dengan cara menutup jalur lawan. Jika drag biasa maka joki tidak boleh menutup jalur lawan, dan hanya diperbolehkan bermain sesuai jalurnya” jelas Oky Adityawan, juragan bengkel Sin Think Performance, di Kawasan Jati Padang Utara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Ia dan timnya, getol melakukan balap liar. Ngomongin mesin, ada kilik standar dan bebas. Malah seperti balap motor sungguhan, ada juga yang melakoni scruut agar fair dan lebih tertata.

Motor discrut paling banyak diikuti peminatnya dari kelas standar. Maklum nggak perlu duit gede dan lebih mengandalkan kejelian mekaniknya menseting motor dengan wilayah kilikan seputar kepala silinder, piston dan juga noken as.

Di sisi lain banyak peraturan bisa dilakukan atas dasar kesepahaman oleh masing-masing pihak. Misal di permainan motor skubek, ”Biasanya, gue taruhan skubek berdasarkan piston diameter 58, tapi kalau ada yang mau lebih besar pistonnya juga nggak papa asalkan speknya sama,” kata Albianto, mekanik Albi New Motor (ANM) di Jl. Brigif, No.38A, Ciganjur, Jakarta Selatan.

Lalu, pengapian juga nggak boleh diganti dengan yang versi racing, harus pakai yang orisnal bawaan motor.
Saat mau bertarung, mereka memang sangat serius. Persoalan gengsi dan besarnya nilai taruhan bisa dijadikan patokan. Angka puluhan sampai ratusan juta juga sering dilakoni.

Makin seru, kalau kalah, mereka akan membalas dengan istilah ngebal atau melawan ulang dengan taruhan yang tentunya sudah dilipatgandakan.
Soal ketegangan, jangan lupa juga sama ritual kucing-kucingan yang masih terjadi dengan Polisi setempat.

MOTOR Plus sempat merasakan ’adrenalin’ tegang itu saat ada ’hajat’ balapan liar di wilayah Tangerang dan Depok. Ninbrung sama pebengkel Bali BNK Performance yang sebelum balap harus saling kontak melihat gerakan patroli Polisi di wilayah Serpong dan sekitarnya. Ini juga yang jadi daya tarik kegiatan ini.

”Jika kami disediakan tempat untuk bermain kami sudah pasti akan bermain di tempat resmi dan tidak bermain di arena yang berbahaya,” jelas Muhammad Reeza pemilik motor trek lurus ’balap malam’. Dia pemilik motor Crypton yang sering turun di titik-titik balap liar Jakarta, khususnya Jakarta Timur dan BSD.

Walau bermain di wilayah bahaya, mereka tetap melengkapi diri dengan peranti keselamatan yang masuk kategori tidak main-main. Bahkan sebagian dari mereka menggunakan merek branded.

Kalau ini tugas Pemerintah khususnya Menpora! Karena ini menyangkut potensi anak muda yang tidak tersalurkan. Bagaimana Pak Menteri? (motorplus-online.com)