Menuju Jenjang Pembalap Dunia, Bisa Asal Serius!

billy - Minggu, 7 Oktober 2012 | 07:03 WIB

(billy - )


Nama Zulfahmi Khairuddin 3 tahun lalu bukan siapa-siapa hanya dikenal oleh komunitas balap Cubprix di Malaysia, tapi langkah besar dilakukan Sepang International Circuit dan Air Asia yang mengirim Zulfahmi ikut wildcard GP125 saat MotoGP seri Sepang dan berlanjut ikut penuh GP125 di 2011.

Lalu kini Zulfahmi pun turun Moto3 bareng tim Ajo dengan motor KTM Moto3, kemampuan terbaiknya yang sempat duel di posisi lima besar di GP Portugal. Ini membuka mata bahwa kemampuan pembalap Asia Tenggara pun bisa melawan pembalap Spanyol dan Italia yang notabene punya pengalaman panjang dengan motor balap batangan.

Seharusnya ini menjadi pelajaran buat pelaku balap di tanah air agar karir pembalap Indonesia tak stagnan alias mentok jadi jawara motor bebek. Maklum untuk urusan balap motor bebek, pembalap dan mekanik Indonesia disegani di tingkat Asia dengan selalu menjadi juara di Asia Road Racing Championship (ARRC) sejak 2004.

Kalaupun ada nama yang sempat go international sebatas Doni Tata Pradita yang ikut wild card GP125 di 2007 dan naik ke GP250 pada 2008 dengan hasil jauh dari sempurna karena faktor adaptasi ke motor dan pengembangan motor yang belum maksimal.

Setelah Doni, ada siapa lagi? Nampaknya sejauh ini belum ada nama yang pantas diorbitkan, meski jejak rekam pembalap yang kini bermain di kelas Supersport Asia seperti M Fadly, Dimas Ekky, Sudarmono hingga Rafid Topan layak dinanti kiprahnya jika mereka mampu melewati ujian tingkat Asia.


Langkah selanjutnya tentu butuh dukungan pabrikan atau sponsor kakap karena level selepas balapan Asia butuh dukungan lebih. Langkah penjenjangan yang bertahap dengan arah jelas ini untuk mengasah skill pembalap agar tak kaget jika diadu ke kompetisi lebih keras.

Lagi-lagi kita harus belajar dari langkah Petronas Malaysia yang mengkader Hafizh Syahrin dari balap bebek di Malaysia Cubprix, lalu naik ke kelas Underbone 115 cc ARRC, 2 tahun di bebek langsung ke kelas Supersport 600 cc di seri Malaysia dan Asia.

Tahun ini Hafizh dikirim ke kelas Moto2 di seri nasional Spanyol yang notabene diserbu pembalap dari berbagai dunia karena menyuguhkan persaingan selevel di Moto3 dunia, apalagi ada 4 sirkuit di Spanyol yang juga dipakai MotoGP seperti Catalunya, Valencia, Aragon dan Jerez.

Tak salah memang karena Hafizh pun bisa kompetitif balap di Spanyol karena bisa naik ke posisi tiga besar. Ini jadi langkah pembelajaran bagus karena pembalap dikenalkan jenjang kompetisi yang terus naik. Selanjutnya Hafizh akan ikut sebagai wildcard di GP Malaysia dan tahun depan akan turun penuh di Moto2 dunia.

Kesimpulannya untuk menuju tingkat dunia maka harus dicari pembalap muda potensial yang dilatih secara kontinyu dan benar lewat kompetisi berjenjang, didukung sponsor kuat dan serius plus komitmen pemerintah untuk mencetak local hero. Butuh keseriusan luar biasa untuk memutus anggapan karir pembalap Indonesia mentok di tingkat bebek saja!