|
Jakarta - Kehilangan konsentrasi saat berkendara baik dengan motor maupun mobil, banyak jadi penyebab sebuah kecelakaan di jalan raya. Penyebab hilangnya konsentrasi itu sendiri banyak macamnya. Serangan penyakit yang mendadak (sudden illness attack) jadi salah satu dari penyebab hilangnya konsentrasi mengemudi.
“Dari literatur yang pernah saya baca, ada 3 serangan penyakit mendadak yang bisa jadi pemicu kecelakaan lalu lintas. Ketiganya adalah serangan jantung, stroke dan epilepsi,” ungkap Jusri Pulubuhu, direktur Jakarta Devensive Driving Consulting (JDDC).
Hal tersebut diamini oleh Steven Silman, dokter umum yang buka praktek di kawasan Senen, Jakpus. “Buat pengemudi mobil atau motor terindikasi punya penyakit jantung atau darah tinggi, kelamaan menyetir dengan jarak yang terlalu jauh atau kondisi yang dapat membuat si pengemudi mudah stres jadi faktor pemicu serangan penyakit mendadak,” terangnya.
Nah lo, buat Anda yang punya catatan medis berkenaan dengan 3 hal tersebutperlu hati-hati. Setidaknya agar enggak kehilangan konsentrasi saat mengemudi, perhatikan gejala-gejala saat penyakit itu mulai menyerang.
Gejala yang paling kentara bagi mereka yang jantungnya mulai bermasalah adalah timbulnya rasa nyeri di dada atau ulu hati. “Tapi paling sering terjadi, serangan jantung itu dimulai dari gejala sesak nafas pada penderitanya,” terang dokter penyuka fotografi ini.
Sementara bagi yang memang punya sakit hipertensi atau darah tinggi, gejala awal yang gampang dideteksi adalah rasa tegang di bagian leher.
Agar perjalanan Anda enggak menjadi malapetaka, sebaiknya sebelum berangkat persiapkan terlebih dahulu hal-hal yang bisa mencegah serangan dadakan itu. Misalnya menentukan kapan waktu istirahat dan jangan lupa, selalu bawa obat yang sudah dianjurkan oleh dokter.
Bagaimana dengan epilepsi? “Ini merupakan kelainan pada syaraf atau kejang yang berulang ulang. Biasanya tidak disertai oleh demam dan serangannya secara tiba-tiba,” jelas Steven.
Bila dilihat dari penjelasan di atas, jelas bahwa orang yang menderita epilepsi sebaiknya jangan mengemudi. Meski enggak bisa disembuhkan, tapi epilepsi bisa dikontrol bila si pasien rutin minum obatnya. (mobil.otomotifnet.com)
“Dari literatur yang pernah saya baca, ada 3 serangan penyakit mendadak yang bisa jadi pemicu kecelakaan lalu lintas. Ketiganya adalah serangan jantung, stroke dan epilepsi,” ungkap Jusri Pulubuhu, direktur Jakarta Devensive Driving Consulting (JDDC).
Hal tersebut diamini oleh Steven Silman, dokter umum yang buka praktek di kawasan Senen, Jakpus. “Buat pengemudi mobil atau motor terindikasi punya penyakit jantung atau darah tinggi, kelamaan menyetir dengan jarak yang terlalu jauh atau kondisi yang dapat membuat si pengemudi mudah stres jadi faktor pemicu serangan penyakit mendadak,” terangnya.
Nah lo, buat Anda yang punya catatan medis berkenaan dengan 3 hal tersebutperlu hati-hati. Setidaknya agar enggak kehilangan konsentrasi saat mengemudi, perhatikan gejala-gejala saat penyakit itu mulai menyerang.
Gejala yang paling kentara bagi mereka yang jantungnya mulai bermasalah adalah timbulnya rasa nyeri di dada atau ulu hati. “Tapi paling sering terjadi, serangan jantung itu dimulai dari gejala sesak nafas pada penderitanya,” terang dokter penyuka fotografi ini.
Sementara bagi yang memang punya sakit hipertensi atau darah tinggi, gejala awal yang gampang dideteksi adalah rasa tegang di bagian leher.
Agar perjalanan Anda enggak menjadi malapetaka, sebaiknya sebelum berangkat persiapkan terlebih dahulu hal-hal yang bisa mencegah serangan dadakan itu. Misalnya menentukan kapan waktu istirahat dan jangan lupa, selalu bawa obat yang sudah dianjurkan oleh dokter.
Bagaimana dengan epilepsi? “Ini merupakan kelainan pada syaraf atau kejang yang berulang ulang. Biasanya tidak disertai oleh demam dan serangannya secara tiba-tiba,” jelas Steven.
Bila dilihat dari penjelasan di atas, jelas bahwa orang yang menderita epilepsi sebaiknya jangan mengemudi. Meski enggak bisa disembuhkan, tapi epilepsi bisa dikontrol bila si pasien rutin minum obatnya. (mobil.otomotifnet.com)