|
OTOMOTIFNET - Sudah mulai terlihat geliat mekanik untuk meracik tunggangan kencang pada ajang road race. Di antaranya tim 35-Workshop yang dikomandoi Indra Putra Laksana. Pemilik bengkel di daerah Ciganjur, Jaksel ini merasa gemas dengan komunitas balap skutik yang mayoritas berlaga di dragbike.
Terlebih dulu kondang di arena balap liar, Indra akhirnya memutuskan membuat Yamaha Mio 150 cc untuk road race. Meski tergolong anyar, Mio buatannya sudah mulai terdengar. “Kemarin dulu di Kemayoran dapat urutan ke-5 tetapi pas balap di Serang malah jebol,” terangnya.
RASIO KOMPRESI 12:1
Sebenarnya, engine failure yang dialami Doran Satria saat membesut Mio di kelas 150 cc Open bisa dideteksi secara teknis. Mesin Mio yang dibored-up (maksimal 150 cc) dengan piston Izumi 55 mm ini juga diikuti dengan stroke-up sebanyak 2 mm. “Saya pakai setang seher Yamaha Jupiter MX135 sehingga blok silinder harus diganjal paking aluminium setebal 2 mm.
Barangkali dari situ permasalahan timbul, sebab keempat baut (stud) pengikat bok silinder masih asli bawaan motor. Tak ayal, setiap mur pengikat hanya ke bagian 4-6 drat/ulir. Memang pada saat dikencangkan tak ada masalah. Tetapi saat motor digeber secara terus menerus baru ketahuan mur pengikat berangsur mengendur.
Pengapian sederhana namun efektif | Knalpot sesuaikan spek mesin |
Sokbreker YSS untuk melibas tikungan | Karburator PE 28 dengan settingan basah |
Apalagi perbandingan kompresi yang dihasilkan setelah memakai piston Izumi jenong menjadi 12:1 dengan bahan bakar Pertamax Plus. Bisa dibayangkan kompresi yang terjadi selama ribuan kali, sementara mur pengikat hanya mendapat 5 ulir di baut blok silinder.
Mesin stroker 2 mm dan adaptor blok 5 mm |
“Padahal posisi motor sudah ke-3,” sesal Indra. Keunikan setting mesin dengan perbandingan kompresi tinggi namun cukup memakai bahan bakar Pertamax Plus ini terletak pada setting spuyer karburator Keihin PE 28 mm. Pilot jet dibuat besar dengan ukuran 50 dan main jet 118.
Dijamin tidak ngelitik meski pada putaran atas. Tetapi ini lantaran camshaft untuk membuka tutup klep bahan bakar ke kepala silinder terbilang ekstrem. Cam Kawahara K3 yang didesain untuk bore-up ekstrem masih dipapas pantatnya 1 mm. Bukaan klep mencapai 11 mm sekali buka.
Bisa dibayangkan ruang pembakaran yang cenderung basah. Sistem pengapian mumpuni sudah menjadi kewajiban. Pengapian dari CDI BRT dualband dan koil Protech abu-abu memegang peranan penting. “Memang sih magnet pengapian ikut dibubut 1,5 mm sehingga putaran mesin lebih ringan saat membawa beban,” jelas Doran menimpali.
Next time better, Bro!
Penulis/Foto: Kl:X . Salim