Jakarta - Kehadiran Yamaha Xabre menambah panjang daftar motor lokal yang menggunakan suspensi depan upside down (USD). Sebelumnya ada Kawasaki KSR, DTracker 150 dan lainnya. Penggunaan suspensi yang disebut juga inverted forks ini membuat motor jadi terlihat gagah karena ukuran yang besar.
Tak hanya mendongkrak penampilan, ternyata banyak keunggulan lain yang ditawarkan USD dibanding suspensi teleskopik, terutama dari segi redaman.
“Sistem peredaman rebound dan compression lebih baik, terutama untuk kecepatan tinggi,” ujar Eddy Saputra, Director Djamoko Speed, selaku distributor resmi Ohlins di Indonesia. Bisa demikian ternyata karena konstruksinya juga berbeda. Nah mau tahu lebih lengkap? Mari kita ulas konstruksi dan keunggulannya. • (otomotifnet.com)
Keunggulan
- Penampilan yang tampak lebih kekar sehingga motor lebih gagah dilihat
- Dengan adanya 2 oil lock membuat USD ini minim bunyi jedug atau bahasa resminya bottoming
- Dengan jarak main piston slider lebih panjang membuat redaman terhadap getaran lebih baik.
- Manuver lebih rigid, karena konstruksi yang lebih besar dan kaku, efeknya manuver lebih presisi terutama di kecepatan tinggi.
Kekurangan
- Tentu saja harga yang lebih mahal dari suspensi teleskopik biasa. Milik Xabre misalnya di kisaran Rp 5 juta.
- Jika sil oli bocor maka akan langsung mengucur deras karena posisi di bawah. Beda dengan suspensi teleskopik, jika sil bocor maka akan keluar perlahan karena di atas.
Sedang konstruksi yang lain, ada juga yang kedua sisi tabung isinya berbeda. "Satu untuk compression dan satu lagi rebound seperti di Xabre dan YZF-R1,” sambung Ridwan, sapaan akrabnya. Sebagai contoh, kita bongkar sokbreker Xabre!
Kiri
Sisi kiri sebagai compression, konstruksinya bisa dibongkar total. Tabung kiri jika dibongkar terlihat rangkaian komponen yang beda dengan suspensi teleskopik. Paling jelas punya as atau piston slider (damper rod) yang sangat panjang, disertai dengan oil lock 2 buah (atas dan bawah). Di suspensi teleskopik oil lock hanya ada 1 buah.
Kanan
Sedang kanan untuk rebound, hanya bisa dilepas tabung dan silnya, sedang bagian dalam tak bisa diurai, “Dari vendornya bentuknya assy,” terang Ridwan. Sebagai pengatur rebound hanya bisa dibongkar antara tabung luar dan dalam, dan tak dijumpai per besar. Di bagian dalam sebenarnya tetap ada per, namun lebih kecil dibanding milik tabung kiri. Kendati kedua sisi beda fungsi, redaman ternyata tetap stabil, mengapa? “Tetap stabil karena keduanya bekerja dalam satu poros,” jelas Ridwan
CARA KERJA
Tentu saja mirip dengan teleskopik biasa, hanya saja ada sedikit perbedaan yang membuatnya lebih unggul. Berikut urutan kerjanya;
4. Berikutnya ketika beban mau dilepaskan, maka konstruksi rebound yang lebih berperan.
5. Prosesnya saat as akan kembali ke posisi semula lantaran dorongan dari per.
6. Sirkulasi oli kembali bekerja untuk memperlambat gerakan.
7. Karena punya 2 buah oil lock, maka kerjanya bisa lebih lembut. Maka yang dirasakan redaman lebih baik, motor pun mudah dikendalikan.