Presentasi kehadiran pelumas baru Meditran SX Bio juga membuka kekurangan biosolar yang dijual di SPBU-SPBU Pertamina.
Hal ini sempat diulas Mia Krishna Anggraini, Koordinator Product Development Specialist Pertamina Lubricants.
Namun menurutnya ini harus dihadapi karena kewajiban memakai minyak nabati dari sawit sudah merupakan program pemerintah. Pertamina hanya menyediakan saja.
“Ini program pemerintah, Gaikindo pun sudah kasih rekomendasi (solar nabati bagus digunakan). No point to return. Ini saya tekankan di awal, enggak mau terkesan B20 bermasalah,” ujarnya dalam presentasi pelumas mesin diesel Meditran SX Bio di hotel Fairmont, Jakarta (27/6).
“Permen (ESDM) No. 20 ini kalau mendistribusikan untuk transportasi, saya harus menjual 20 persen dari solar di SPBU dalam bentuk bio. Jadi BBM di SPBU sekarang sudah bio karena Pertamina punya kewajiban mendistribusikan dari total BBM 20 persen dalam bentuk bio,” ulas Mia.
Termasuk untuk transportasi, Public Service Obligation (PSO) dan non PSO.
“Kita semua adalah market biosolar, suka atau tidak suka. Di balik ini pemerintah ingin memakai lebih banyak energi terbarukan, mengurangi emisi,” ujar lulusan technical engineering di Inggris ini.
“Jadi mari kita dukung penggunaan biosolar ini di Indonesia. Kita tunjukkan dengan negara lain indonesia bisa sukses salah satunya dengan (cara) kami mensupport pemerntah dengan SX Bio,” lanjut Mia yang meraih Master di bidang kimia di Amerika ini.
Sebelumnya, Mia menjelaskan plus minus pemakaian minyak nabati sebagai campuran solar.
Sisi plusnya, biodiesel memiliki sifat membersihkan yang baik, pelumasan yang baik dan ramah lingkungan.
Namun minusnya menyebabkan larutnya kotoran pada tangki atau jalur bahan bakar di mana kotoran tersebut dapat menyumbat filter atau sistem injeksi mesin. Juga mudah teroksidasi dan mudah menyerap air.
Nah, untuk menghadapi efek dari penggunaan BBM Biodiesel tersebut Pertamina mengeluarkan pelumas khusus mesin diesel yang meminum solar B20. Yakni Meditran SX Bio.