Otomotifnet.com - Kalau Low Cost Green Car (LCGC) dimainkan pabrikan Jepang untuk menyasar kalangan bawah, di segmen premium Mercedes-Benz membuat kelas tersendiri, NGCC alias New Generation Compact Car.
Bedanya, bukan menyasar pembeli mobil murah melainkan pembeli dari kalangan muda.
Lalu bagaimana performa NGCC ini di pasaran?
“NGCC memberi kontribusi terhadap penjualan Mercedes-Benz, jumlahnya sampai 30 persen dari total penjualan,” terang Hari Arifianto, Deputy Director Marketing Communication PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia saat berbincang dengan otomotifnet.com (19/9).
NGCC ini tergolong punya tipe yang komplet. Mulai coupe, hatchback, SUV dan MPV.
Diakui Hari, awalnya tipe-tipe ini kurang mendapat respons konsumen lantaran tak memiliki pendahulu seperti model-model tradisional Mercedes seperti C-Class dan E-Class.
“Pertama kali, demand-nya cukup smooth dan penjualannya kecil . Orang belum banyak yang kenal. Soalnya ini model baru, enggak ada pendahulunya, pakai penggerak roda depan dan mesinnya 1.600 cc,” terang Hari.
Tetapi seiring berkembangnya kalangan muda yang sukses di Tanah Air, penjualannya kian membaik. Mereka datang dari kalangan pengusaha, konsultan dan produksi.
Kalau saja produk mereka terhenti di C-Class yang harganya kini mulai RP 739 juta, maka bisa jadi 30 persen konsumennya hilang. Namun dengan Mercedes-Benz ‘murah’ maka penjualannya ikut terbantu.
“Kalau mau sukses, memang segmennya diturunin. NGCC merupakan fighting brand kita. Ini yang enggak dimiliki kompetitor. Untuk bersaing dengan NGCC, kadang harus pangkas harga ratusan juta,” ujar Hari.
Dengan model yang stylish diyakini membangun brand engagement untuk kalangan lebih muda. Mercedes-Benz Indonesia sendiri tidak punya pengalaman ke segmen ini di Indonesia. Sehingga, NGCC perlu digarap serius.
“Kalau enggak ada NGCC, kita kehilangan opportunity. Kita di ceruk yang enggak ada siapa-siapa dan modelnya langsung lengkap dengan harga beda tipis-tipis,” ujar Hari. (otomotifnet.com)