PANGKALPINANG - Sudah sejak awal 2016 Youthstream, promotor MXGP menandatangani kontrak untuk menggelar MXGP di Indonesia selama tiga tahun. Pangkalpinang dipilih karena di sana memiliki lahan yang luas dan mumpuni. Jika lahan sudah tersedia, kenapa tidak didesain dan dibangun sedari awal?
“Dengan kondisi trek dan balapan yang seperti ini, sudah jelas ini bukan balapan leve dunia!” kata Robert Watherston, Head of Motorsport Honda Motor Europe. Kata-kata dari Robert memang mencerminkan kondisi seperti itu. Apalagi dia sudah lama bergelut di kejuaraan dunia seperti WSBK, F1, WRC, dan Rally Dakar.
Apa solusinya? “Sebaiknya trek sudah selesai paling lambat 6 bulan yang lalu. Setelah itu dicoba pada Kejuaraan Nasional atau minimal mengajak komunitas motocross, sehingga bisa mendapatkan masukan mengenai apa saja yang kurang dari trek ini sebelum menggelar MXGP,” Robert menambahkan.
Kalimat yang disampaikan Robert nampaknya sudah mewakili masukan dari para crosser kelas dunia tersebut. Mereka sangat menyayangkan jika musim pertama Indonesia menggelar MXGP sudah banyak diwarnai catatan buruk.
Salah satunya disampaikan crosser Red Bull KTM Factory Racing, Antonio Cairoli. “Jika saya melihat bentuk trek dari sketsa, trek ini akan sangat bagus karena sangat cepat dengan tantangan yang menantang. Hanya saja penyelenggara tidak menyiapkannya dengan matang,” kata Cairoli.
“Jika trek dipersiapkan lebih matang dan masalah lumpur di sini bisa diatasi. Balapan di semua kelas pasti akan menyenangkan dan lebih seru,” sambung crosser 31 tahun tersebut.
Indonesia masih memiliki kontrak untuk menggelar MXGP hingga tahun 2019. Belum ada kabar apakah gelaran dunia ini masih berlanjut di Pangkalpinang atau dipindah ke kota lain. (Otomotifnet.com)