Jakarta- Kecelakaan yang melibatkan bus sebagai penyebab untuk kesekian kalinya terjadi di Jalur Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (22/4).
Kecelakaan tersebut melibatkan tujuh unit mobil dan lima unit motor.
Korban jiwanya tiga orang, sementara tiga orang lain mengalami luka berat dan tercatat luka ringan sebanyak tiga orang lagi.
Dugaan pertama soal tidak berfungsinya sistem pengereman yang membuat bus pariwisata HS Transport harus ‘membombardir’ arus lalu lintas di depannya.
Rem blong bisa diasumsikan kalau adanya perawatan yang tak apik atas kondisi teknis dari sebuah kendaraan.
Alibi serupa banyak diutarakan sebagai alasan dari berbagai kecelakaan yang melibatkan kendaraan besar seperti bus.
Sebagai penyedia jasa transportasi, Blue Bird Group (BBG) dikenal sebagai perusahaan yang baik dalam hal perawatan armada.
Untuk armada bus sedang dan besar yang berlabel Big Bird, Teguh Wijayanto, Head of Public Relations Blue Bird Group, menyebutkan soal berkala jadi kuncian laik tidaknya armada BBG.
“Intinya perawatan berkala, cek semua komponen, termasuk usia pakainya,” sebut Teguh saat dihubungi (24/4).
“Misalkan, setiap 20 ribu kilometer (komponen) apa saja yang harus dicek atau diganti, termasuk jika odometer sudah masuk 95 ribu kilometer namun busa sudah mau disewa maka harus dicek ulang untuk dicari tahun part yang harus diganti,” urainya panjang lebar.
Itu dari segi teknis kendaraan, sementara dari sisi awak armada juga harus dibekali berbagai kemampuan.
Setiap awak bus diberi pelatihan agar punya kemampuan penguasaan teknis kendaraan.
Awak bus wajib punya pemahaman atas kemampuan kendaraan itu sendiri.
“Sehingga (awak bus) bisa melakukan deteksi dini jika ada malfunction, dan juga bisa melakukan antisipasi, termasuk ketika kondisi emergency,” jelas Teguh lagi.
Nah, dalam hal perawatan kendaraan, pihak BBG dalam melakukan perawatan atas kondisi kendaraan berikut pemantauan kinerja komponen di bawah masa pakai.
“Untuk usia pakai armada rata-rata di bawah lima tahun,” pungkasnya Teguh.