Tapi, ketika riding malam hari dengan kondisi lalu lintas sepi, baru sadar ternyata motor saya yang nembak. Gejala nembak terjadi ketika gas ditutup dan itu mulai terjadi pada kilometer 2.200,” tambah Rudi.
Selain itu, tunggangan kesayangan pria humoris ini ‘brebet’, ketika gas diturunkan, mesin malah mati. Akselerasi pun enggak ada, bahkan terasa berat ketika gas dibejek, terjadi pada kilometer 3.100. Malah, ketika kilometer menunjukkan di angka 3.400 km, stasioner motor jadi tidak karuan.
Melihat gejala itu Rudi memboyong motornya ke bengkel Clara Motor sebagai bengkel resmi Honda. Disana dianalisa untuk dideteksi komponen apa yang bermasalah. Proses analisaan meliputi pergantian injektor, throttle body dan busi.
“Saya urut komponen apa saja yang kira-kiranya bermasalah,” ungkap Safrudin, kepala bengkel Clara Motor di Jl. Arteri Kelapa Dua No. 5, Jakarta Barat.
Setelah semuanya dicek, ternyata gejala yang dikeluhkan masih terjadi. Sampai akhirnya pergantian ECM (Electric Control Modul). Nah, setelah mengganti ECM ada perubahan yang dirasakan. “Motor jadi lebih enak,” bilang Rudi.
Tetapi, bukan berarti semua gejala yang dirasakan seperti itu harus mengganti ECM. Menurut Sarwono Edhi yang menjabat sebagai Senior Analyst PT Astra Honda Motor. Memang bisa saja kerusakan itu terjadi pada ECM, sebabnya bisa jadi walaupun semua soket ECM sudah anti air, tapi cara pemasangan yang tidak sesuai bisa memungkinkan air masuk.
Pria berkaca mata itu juga menjelaskan. “Setiap bengkel harus melalui proses trouble shooting untuk menganalisa kerusakan yang terjadi,” tutup Edhi.
Editor | : | billy |
KOMENTAR