Maaf.., kenapa begitu? Karena meskipun tampilan luar yang dipamerkan terlihat standar, namun jika dipertegas atau dicek pakai alat ukur tertentu, pasti ada bagian part yang beda dari aslinya. Tapi, trik ini bukan salahi aturan, cuma memang begitu konsep modifikasinya.
Contoh paling gampang dilihat puli penggerak di CVT Yamaha Mio korekan Ferdian alias Konde. Biar enggak kelihatan ada perubahan apalagi tampak penggantian komponen aftermarket, Konde lebih memilih ganti part standar punya skubek sejenis tapi beda varian.
Kebetulan antara Mio dan Mio Fino mengusung spek mesin sama, tapi desain dan tampilan luar Mio Fino lebih klasik dibanding Mio Sporty.
“Yang dipakai puli penggeraknya punya Mio Fino lokal dan bukan yang import dari Thailand. Kalau yang import bentuk sudut kemiringan dudukan belt beda. Begitu juga rumah roller yang lebar juga bobot roller yang lebih berat. Sehingga agak repot jika diaplikasi ke Mio lokal,” ucap mekanik Ton’s Motor di Komp. BTN Jl. Delima Raya, Kembangan Utara, Jakarta Barat.
Lajut Konde, perbedaan puli Mio Fino lokal dibanding Mio standar bukan cuma terlihat pada sudut mangkuk puli. Tapi, juga di tiap lubang dudukan rumah roller yang bentuk lengkungannya lebih dalam juga landai ke atasnya.
“Kelebihan puli penggerak dengan bentuk atau spek seperti itu, akselarasinya lebih cepat dan berlangsung hingga rpm tengah ke atas. Makanya pas banget buat bikin Mio modif selembaran,” ingatnya.
Adapun cara untuk membedakan antara puli Mio standar, Fino lokal dan import bisa diketahui dari kode yang tercetak di part. Untuk Mio lokal kodenya 5LW dengan sudut kemiringan 13,5 derajat dan bobot roller 10 gram. Sedangkan Fino lokal kodenya 5VV, bobot 10 gram tapi sudut kemiringan 14 derajat.
Sedangkan Fino import keluaran lama kodenya 5DO dengan cirinya kemiringan puli 14,5 derajat dan bobot roller yang mencapai 14 gram. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR