Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Engine Swap Honda Brio Satya, Lima Hal Demi 118 dk

Otomotifnet - Rabu, 15 April 2015 | 15:12 WIB
No caption
No credit
No caption

Jakarta - Kendaraan Honda terbilang favorit untuk dioprek, tak terkecuali Brio Satya. Terlebih, hatchback mungil ini masuk kategori LCGC dan memiliki harga jual yang relatif terjangkau. Maka dari itu, banyak dijadikan bahan untuk modifikasi.

Namun mengusung mesin berkapasitas 1.200 cc dirasa kurang buat penggemar kecepatan. Tren yang cukup marak yakni melakukan engine swap, dari mesin asli berkode L12B8 menjadi L15A7, alias mencomot mesin Jazz GE8 secara utuh. Biaya yang dibutuhkan berkisar Rp 20 juta, di luar modifikasi seperti porting polished, down pipe dan piggyback.

Hasilnya, tenaga bisa terdongkrak mencapai 118 dk dari standarnya yang hanya 88 dk. Enaknya, prosesnya tidak terlalu rumit, akan tetapi ada 5 faktor penting yang harus diperhatikan jika mesin Jazz GE8 mau hidup normal di bodi Brio Satya. • (otomotifnet.com)

No caption
No credit
No caption

Position Sensor dan Crankshaft Trigger


Kedua barang ini tidak bisa dipisahkan. Maksudnya harus klop supaya sinkron. Dikarenakan ECU masih menggunakan keluaran Bosch bawaan Brio Satya, maka crank sensor dan crank trigger juga wajib menggunakan bawaan L12B8. Jika kedua barang ini tidak pindah, maka dijamin mesin tidak mau hidup saat di-starter.

Secara fisik dan produsen crank sensor Brio Satya dan Jazz GE8 tidak berbeda, hanya saja kode part number berbeda. Lain lagi dengan crank trigger, antara kedua mesin tersebut terdapat perbedaan signifikan, yaitu jumlah giginya. Milik Brio Satya mempunyai jumlah gigi yang lebih sedikit dibanding Jazz GE8.

“Jumlah persisnya tidak sempat menghitung, namun terlihat jelas perbedaan keduanya jika sudah dibongkar. Jarak antar-gigi punya L12B8 lebih jarang-jarang. Sedangkan L15A7 lebih rapat,” ujar Memed Firdaus, mekanik TS Kustom Garage di wilayah Meruya, Jakbar.

No caption
No credit
No caption

Piggyback


Walau masih bisa hidup normal dengan ECU standar Brio Satya, disarankan menggunakan piggyback atau stand alone ECU. Sebab, kapasitas mesin sudah naik 300 cc. Otomatis mapping fuel dan ignition dari pabrikan tidak sesuai dengan kondisi mesin yang baru. Apalagi jika mesin L15A7 sudah dimodifikasi.

Sayangnya, jika memilih opsi piggyback ada satu kekurangan. Sampai saat ini belum ada piggyback yang mampu membuka ataupun menggeser rev limiter. “Kalau memang berniat menggeser rev limit sampai 8.000 rpm misalnya, harus menggunakan stand alone ECU seperti Haltech, MoTeC, MegaSquirt dan lain-lain,” sebut Antoni, punggawa Under Control, kepala proyek tim Lupromax Brio Satya di balap super turing.


No caption
No credit
No caption

Camsshaft Position Sensor dan Camshaft Position Actuator


Barang-barang ini juga mutlak dipindahkan. Maksudnya walaupun menggunakan mesin L15A7, namun sensor beserta actuator-nya wajib pakai Brio Satya. Jika hanya sensornya saja yang dipindahkan, bukan hanya tanda MIL (Malfunction Indicator Light) akan muncul di instrument cluster, mesin juga susah dihidupkan. “Kira-kira di-starter selama 5 detik baru bisa hidup,” sebut Memed lagi.

MAP Sensor


Kalau barang ini jelas terlihat perbedaan. Pertama paling terlihat jelas tentunya dimensi. Milik Brio Satya lebih besar dibandingkan Jazz GE8. Kedua bisa dilihat dari merek produsen. Untuk Honda LCGC menggunakan keluaran Bosch, sedangkan L15A7 tidak terdapat merek vendor pembuat.

Hanya tertulis MAP sensor assy disertai part number. MAP sensor harus menggunakan buatan Bosch pada mesin iVTEC 1.500 cc. Pemasangan tentunya butuh penyesuaian pada intake manifold dikarenakan bentuknya yang berbeda.

“Tidak telalu rumit kok, cukup membesarkan lubang dudukan MAP sensor dengan mata bor 14 mm,” jelas Nathan Cahyana, pemilik Brio Satya yang baru saja selesai melakukan engine swap. Langkah kedua butuh ketelitian dan kesabaran. Dudukan tersebut harus dikikir kurang lebih 0,7 mm supaya lebih pendek, karena jika tidak, hasil bacaan udara pada intake manifold bisa tidak akurat.


Throttle body

Throttle body mau tidak mau harus pakai kepunyaan Brio Satya. Memang ukuran lebih kecil dibanding kepunyaan Jazz GE8. Walau mesin dapat hidup, tapi terkadang tidak mau digas jika menggunakan bawaan L15A7, tanda MIL juga menyala.

Setelah dilakukan diagnosa dengan engine scanner, terbaca throttle actuator not learned. Artinya, ECU keluaran Bosch tidak bisa sinkron dengan motor penggerak skep pada throttle body Jazz GE8.

“Hal ini disebabkan sistem rev limiter L12B8 menganut model throttle close. Berbeda dengan kendaraan pada umumnya yang menganut model fuel cut atau ignition cut,” terang Indra Wijaya, tuner Sigma Speed di bilangan Pancoran, Jaksel.


Editor : Otomotifnet

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa