Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Dua Alasan Harus Beralih Dari Premium ke Pertamax!

Kamis, 22 Januari 2015 | 12:03 WIB
No caption
No credit
No caption


Jakarta - Subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium telah dicabut, setelah mengikuti harga minyak dunia, harganya menjadi Rp 6.700 per liter. Harga Pertamax pun ikut turun hingga menyentuh Rp 8.000 per liter. 

Nah, buat para pembaca yang mobil barunya masih menggunakan Premium, sekarang jadi waktu yang tepat nih buat ganti ke Pertamax!

Selain karena harganya yang sedang turun, mesin mobil dengan teknologi terbaru ternyata memiliki rasio kompresi yang tinggi sehingga membutuhkan bahan bakar beroktan tinggi pula. Pertamax memiliki nilai oktan 92, sedangkan Premium hanya 88.
    
Menurut Dadi Hendriadi, Technical Service Division Head di PT Toyota Astra Motor, terdapat dua faktor pada bahan bakar yang mempengaruhi kualitas kerja mesin pada mobil modern. 

Yang pertama adalah nilai oktan. Pada mobil dengan rasio kompre si yang tinggi, dibutuhkan juga nilai oktan bahan bakar yang tinggi. Semakin tinggi nilai oktan, maka semakin tahan terhadap kompresi. 

“Yang biasa jadi standar itu ada di perbandingan kompresi 9:1, tapi nilai itu bukan harga mati,” menurut Dadi mengenai nilai kompresi minimum yang membutuhkan oktan 92 keatas. 

Bila menggunakan bahan bakar dengan oktan yang lebih rendah daripada yang dibutuhkan, maka sebagian bahan bakar akan meledak lebih dahulu sebelum proses kompresi selesai. Kejadian ini disebut knocking. 

Biasanya pada mobil modern sudah dilengkapi dengan knocking sensor, dimana mesin akan mengatur secara otomatis jumlah bahan bakar yang dikeluarkan ketika terjadi knocking. 
Efeknya tentu akan membuat konsumsi BBM mobil menjadi semakin boros karena jumlah bahan bakar yang dikeluarkan semakin banyak. 

Faktor yang kedua adalah kandungan lain dalam bahan bakar, seperti sulfur dan lainnya. Mobil modern umumnya telah dilengkapi dengan pengendali emisi yang canggih, seperti catalytic converter dan sensor oksigen. 

Peralatan tersebut membutuhkan bahan bakar dengan kandungan sulfur yang rendah, dan tidak terdapat aditif yang mempengaruhi metal seperti TEL (Tetra-Ethyl-Lead) yang dapat merusaknya. 

“Lebih baik pakai BBM yang beroktan tinggi sekalian daripada ditambahkan octane booster karena kandungannya belum tentu sesuai yang dibutuhkan,” lanjut Dadi. 

Bila menggunakan bahan bakar dengan kadar sulfur tinggi, maka secara perlahan akan merusak peralatan pengendali emisi pada mobil modern yang menyebabkan emisi gas buang jadi buruk.

Dari pada konsumsi BBM boros, polusi berlebih dan mesin lebih cepat rusak, sebaiknya beralih ke bahan bakar beroktan tinggi! (otomotifnet.com)

Editor :

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa