Bagi masyarakat Kepanjen ini jadi hiburan tersendiri. Pasalnya, desain yang mereka tampilkan di jalanan benar-benar unik. Rat scoot ini tergolong die harder dan jago turing. Dengan desain yang jauh dari nyaman, mereka unjuk gigi dalam kreativitas modifikasi tanpa batas. Ini yang membuat mereka selalu eksis karena terkesan menyimpang pakem motoris umumnya.
Nggak cuma itu, fenomena rat scoot banyak dievaluasi pengamat termasuk psikolog. Kecendrungan ini pernah didekati ilmu psikologi. Tuduhan awal alias hipotesisnya, orang model begini menunjukkan ada yang salah di jiwanya.
Pendapat ini ditepis Prof. Nimpoeno, Psikolog senior yang tinggal di Jl. Dago, Bandung, Jawa Barat. “Memang ada segelintir orang yang suka lingkungannya amburadul, penuh barang bekas,” kata profesor ramah itu.
Di Kepanjen Malang, MOTOR Plus merasa sangat beruntung bisa langsung mengamati mereka lebih dekat. Soal solidaritas tentunya nggak bisa dipungkiri lagi. Misal, ada salah satu rat scoot melintas di depan Stadion Kanjuruhan. Waktu itu, desain skuternya benar-benar nyeneleh, bisa memuat lebih tiga orang.
Beberapa skuteris ikut turun dan menyapa ridernya. Tahunya mereka hanya nebeng untuk mencapai lokasi ini. Beberapa skuter yang mogok pun selalu dihampir yang lain tanpa saling kenal sebelumnya. Mereka saling bantu jika ada sesama ratter bermasalah.
Masukan paling penting tentunya di soal kaidah safety riding. Ergonomi rider jauh dari ideal tentunya jadi masalah selama di perjalanan. Peranti safety riding seperti lampu dan beberapa variasi membahayakan dan juga bisa melukai ridernya sendiri. Untuk soal ini, jalanan tidak mengenal kompromi. Semoga diseriusi oleh para ratter! Bravo rat scoot. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR