Otomotifnet.com - Ibarat orang, semuanya pasti memiliki kemampuan maksimal. Baik itu dalam berpikir maupun bekerja. Jika dipaksa melampaui batas, pasti akan ada konsekuensinya. Bisa menimbulkan sakit atau cedera. Bahkan sampai menghilangkan nyawa. Hiii…
Demikian pula dengan kendaraan. Juga memiliki kemampuan maksimal. Salah satunya adalah load factor atau bobot yang bisa dibawa saat berkendara.
Jika dilanggar dengan alasan apapun, perhitungan keamanan tersebut akan percuma. Terlebih jika terjadi penambahan di luar kapasitas yang telah ditentukan pabrikan. Suka tidak suka konsekuensi dan resiko yang kasat mata ini harus di tanggung si pengemudi.
Sebab pengemudi dituntut untuk tahu batas kemampuan dan dinamika kesadaran ketika berkendara. Bukan memaksa.
Setiap kendaraan mempunyai batasan dalam mengangkut barang atau penumpang. Mengetahuinya bisa dengan melihat brosur atau buku pedoman pemilik kendaraan.
Jumlah penumpang yang diperbolehkan adalah 7 orang sesuai dengan kapasitas tempat duduknya.
“Sayangnya masih banyak pemilik kendaraan yang melewati batas, baik disengaja maupun tidak,” tambah Momon S Maderoni. Baik itu dalam jumlah penumpang, sampai membawa barang bawaan yang berlebihan.
Akan menimbulkan efek yang beragam. Seperti jika membawa penumpang melebihi kapasitas tempat duduk yang tersedia. Akan tidak nyaman karena berdesak-desakan.
Demikian pula saat membawa barang dengan kapasitas banyak. Meski jumlah penumpang sesuai kapasitas tempat duduk, tetap perhatikan volume barang yang akan dibawa.
Jika terjadi pengereman mendadak bisa dipastikan barang yang ada di dalam kabin akan mental ke depan.
Selain itu akibat bobot yang bertambah jarak pengereman akan semain jauh karena kemampuan rem hanya untuk menahan berat yang sudah ditentukan.
“Jika terpaksa pengemudi terjebak dalam keadaan membawa penumpang dan beban berlebih, langkah awal yang harus dilakukan adalah kontrol kecepatan,” terang Jusri Pulubuhu.
Kecepatan maksimum yang diperbolehkan di jalan bebas hambatan dengan dua jalur adalah 80 km/jam. Sedangkan yang memiliki 3 jalur adalah 100 km/jam.
Sebab semakin berat muatan akselerasi dan daya cengkram rem akan semakin berkurang. Momentum atau daya dorong mobil semakin kuat. Juga akan terjadi perpindahan bobot kendaraan, atau perubahan center of gravity yang awalnya merata, jadi pindah ke belakang.
Dampaknya tekanan dan beban kendaraan di depan menjadi lemah sehingga daya cengkeram roda depan ke jalan ikut berkurang pula. Sehingga kendaraan menjadi lebih sulit dikendalikan dan lebih liar. “Sedikit saja perubahan arah kemudi akan mengakibatkan kendaran menjadi limbung,” jelas Wijaya.
Begitu pula jika barang ditempatkan di roofrack (rak bagasi atas kendaraan). Maka akan terjadi perpindahan bobot ke atas dan tentunya kendaraan juga akan mudah limbung utamanya saat berbelok. Akan terjadi gaya sentripental yang mendorong kendaraan ke luar dari lintasan/jalan. “Hal ini terjadi karena distribusi beban yang tidak merata.”
Jika ingin membawa barang di dalam kabin. Selayaknya pemilik mobil membatasi ruang barang dengan kargo net. Atau mengikat barang yang dibawa ke salah satu bagian mobil agar tidak bergerak. “Koper atau ban serep akan meluncur deras ke kepala saat mengerem atau terjadi hal yang tidak diduga tentu bukan harapan yang indah,” kata Jusri.
Penambahan momentum dari benda yang terdorong saat pengereman bisa mengakibatkan kondisi mobil lebih tidak stabil. Perhatikan juga minuman kaleng, botol air mineral, kacamata. Yang dapat menghambat pengreman jika terjatuh ke kolong kokpit pengemudi.
Editor | : | Billy |
KOMENTAR