Ingat, kendaraan bukanlah truk trailer yang muat banyak beban. Kelebihan muatan hanya akan mempersulit perjalanan
Jakarta - Enggak ditutupi, masyarakat Indonesia dikenal gemar memaksimalkan kesempatan yang ada, termasuk salah satunya adalah pemanfaatan kendaraan ketika pergi berlibur.
Maka itu gampang ditemui jumlah muatan berlebih (Overload) saat musim libur seperti momen jelang lebaran ini.
Ambil contoh, mobil dengan kapasitas 7 penumpang, bisa dipaksa membawa penumpang lebih dari itu.
Belum lagi jika berbicara tentang barang bawaan, setiap jengkal ruang yang tersedia di kendaraan bisa terisi penuh.
Masih belum cukup, bagian atap disulap menjadi bagasi ekstra untuk mengakomodir barang bawaan yang membeludak.
Secara tak sadar, perilaku seperti ini membuat beban yang diusung kendaraan menjadi lebih berat dan akan mempengaruhi kenyamanan mengemudi. Mau tahu seperti apa efeknya? Silakan simak bahasan berikut. (otomotifnet.com) / Tejja
Handling Jadi Sensitif, BBM Ikut Boros
“Membawa beban berlebihan saat mudik jelas membuat keseimbangan kendaraan jadi terganggu dan berimbas pengemudi akan repot mengendalikannya. Utamanya terkena gejala body roll, bouncing atau yawing saat bermanuver atau pada kecepatan diatas 80 km/jam,” jelas Sony Susmana selaku founder sekaligus Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI).
Enggak heran banyak terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh kondisi kendaraan yang dipaksa membawa beban berlebih.
Pria yang pernah menggeluti slalom ini juga menyebutkan bahwa akan ada faktor selain handling yang ikut terimbas dari kelebihan muatan, yaitu masalah performa dan konsumsi bahan bakar.
Dengan beban berlebih sudah tentu mesin harus berkitir lebih tinggi agar tetap berada dalam rentang torsi maksimum, bahan bakarpun ikut mengucur deras karena kondisi ini.
Akan lebih parah bila medan yang dihadapi adalah tanjakan, Anda harus menyiapkan momentum yang tepat agar kendaraan tetap terjaga kecepatannya. Karena akselerasi kendaraan yang overload akan jauh lebih lamban dibanding kondisi normal.
Berikan Jarak Lebih Dan Batasi Kecepatan
Jika sudah terlanjur mengendarai kendaraan berstatus overload, anda harus menyiasatinya agar laju tetap terkendali dan tidak membahayakan pemakai jalan lainnya.
“Kurangi kecepatan maksimum dan jangan melakukan maneuver mendadak. Di jalanan lurus seperti tol bisa sampai 80 km/jam, sedangkan ketika melintasi jalanan yang berliku batasi sampai dengan 40 km/jam saja,” ujar Rizal Sungkar, pembalap reli nasional yang juga menjadi instruktur di Rifat Drive Labs (RDL).
Selain itu, Rizal juga menegaskan bahwa jarak pengereman akan berbeda dengan yang mengusung beban normal.
“Paling amannya adalah berikan jarak yang lebih panjang untuk pengereman, untuk berhenti kurang lebih butuh sekitar 5 detik. Bila dengan bobot normal hanya membutuhkan 3 detik saja untuk berhenti,” jelas adik kandung Rifat Sungkar ini.
Gaya inersia atau lontar yang dimiliki mobil dengan bobot berlebih akan lebih besar sehingga kinerja rem jadi tidak maksimal. Contoh nyatanya, bisa lihat kendaraan besar seperti truk yang butuh jarak pengereman lebih panjang dibanding kendaraan kecil.
Perhatikan Spek Kendaraan
Sebelum mulai menumpuk barang dan penumpang di besutan Anda, alangkah baiknya bila mempelajari terlebih dahulu mengenai payload atau batasan aman beban yang dapat diusung oleh kendaraan.
Angkanya dapat diketahui bila telah menemukan berat bersih atau Curb Vehicle Weight (CVW), dan berat kotor alias Gross Vehicle Weight (GVW) yang pada umumnya tertera di buku panduan pemilik.
CVW sendiri adalah bobot kendaraan siap pakai yang di dalamnya sudah termasuk oli, air pendingin, bahan bakar, toolkit, dan ban serep.
Namun belum termasuk orang dan barang, Sedangkan GVW adalah berat CVW yang sudah ditambah muatan dan penumpang.
Rumus untuk mencari payload adalah dengan mencari hasil dari berat kotor dikurangi berat bersih (GVW - CVW). Sebagai contohnya adalah bobot dari beberapa Low MPV yang ramai beredar di jalanan berikut ini.
“Untuk Suzuki New Ertiga, CVW nya sebesar 1.160 kg dan GVW yang ditetapkan sebesar 1775 kg. Sehingga ditemukan angka payload sebesar 615 kg,” terang Totok Yulianto dari Technical & Quality Service 4 wheel PT Suzuki Indomobil Sales (SIS). Kemudian untuk MPV terlaris Toyota punya angka yang berbeda. “Payload yang dimiliki Grand New Avanza adalah 555 kg.
Angka itu didapat dari pengurangan GVW yang mencapai 1.700 kg dan CVW sebesar 1.145 kg,” ujar Dadi Hendriadi selaku Head Technical Service Divison PT Toyota Astra Motor (TAM).
Pada umumnya penumpang memiliki bobot seberat 70 kg, jika dikalikan 7 sesuai dengan kapasitas jok maka angka 490 kg akan didapatkan.
Dan angka tersebut belum termasuk dengan barang bawaan. Anda harus lebih bijak menjaga bobot kendaraan agar tetap berada dalam payload, atau keselamatan mengemudi jadi taruhannya.
Editor | : | Parwata |
KOMENTAR