Jakarta- PT Mazda Motor Indonesia (MMI) terus berusaha mengangkat image-nya sebagai merek premium di Tanah Air. Salah satu caranya adalah, dengan mengubah desain dan konsep dealernya.
Meski begitu Astrid Ariana Wijana, Senior Marketing Manager PT MMI menolak jika dengan tampilan desain dan pelayanan terbaru merupakan langkah Mazda untuk berubah menjadi merek di kelas premium.
"Bukan berubah ke kelas premium, Mazda dari dulu adalah merek yang unik dengan memberikan pelayanan yang lebih ke konsumen. Jadi konsumen ingin dimanjakan, Mazda adalah merek yang lebih premium dibanding merek Jepang lain," papar Astrid di sela-sela pembukaan dealer Mazda Puri (21/7).
Astrid melanjutkan, merek premium bukan berarti hanya dilihat dari harga jual atau produk yang berasal dari Eropa. Namun lebih dari itu, pelayanan yang memuaskan, hangat, bahkan Mazda ingin menjadi bagian dari konsumen itu sendiri.
Dalam kesempatan sama, Presdir MMI Keizo Okue mengungkapkan hal senada.
Yang dimaksud premium untuk Mazda adalah apa yang konsumen pikir dan rasakan. Bukan sesuatu harus dibayar dengan harga lebih mahal.
"Tolong jangan salah mengerti premium itu seperti BMW. Premium itu nilai tambah yang membuat konsumen merasa ini adalah hal yang premium," ujarnya.
"Sangat unik, artinya berbeda sedikit dari apa yang Anda tanyakan," lanjutnya.
Jadi, premium bagi Mazda menurutnya bukan sesuatu yang berharga jual lebih mahal.
" Ini adalah asumsi konsumen yang berasal dari pelayanan. Apa yang konsumen rasakan, tidak berarti punya harga lebih tinggi," ujar Okue.
"Please, jangan salah arti. Kami tidak ingin jadi BMW, kami tidak ingin jadi Mercedes. Premium untuk konsumen adalah premium secara emosional, kalau oh, ini Mazda," terang pria yang jago main gitar ini.
| Editor | : | Arief Aszhari |
KOMENTAR