Otomotifnet.com – Banyak kejadian pemakaian oli dengan tingkat kekentalan atau SAE 0W-20, saat waktunya ganti oli, didapati sisa oli tinggal sedikit.
Sebenarnya hal itu wajar, selama sisa oli masih dalam batas aman, yang bisa dicek di dipsitk.
“Kalau sisa oli di atas batas terbawah (pada dipstik), masih aman. Asal jangan di bawahnya,” bilang Hanifuddin, peneliti bidang pelumas di Lembaga Minyak Bumi & Gas (LEMIGAS).
Namun menurut pria yang meneliti pelumas sejak tahun 2006 ini, lain hal bila menggunakan oli dengan bahan dasar yang murni sintetis.
Baca Juga: Oli Mesin Fully Synthetic, Ternyata Belum Tentu 100% Full Sintetik!
Seperti yang pernah diulas beberapa waktu lalu, bahwa oli mesin yang di kemasannya tertulis fully synthetic, ada yang terbuat dari base oil jenis mineral grup 3.
“Karena base oil ini punya karakteristik yang mirip dengan oli sintetis,” papar Hanif, sapaan akrabnya.
Namun kelemahan dari oli mineral grup 3 ini, lanjutnya, meski karakteristiknya mirip oli sintetis, tingkat penguapannya lebih banyak disbanding yang murni dari bahan dasar sintetis.
“Dari hasil penelitian, oli dengan bahan dasar mineral, tingkat penguuapannya bisa mencapai 20%,”
“Sementara yang jenis sintetis, ambil contoh PAO (Polyalphaolefin), hanya sekitar 5 – 7%,” jelasnya.
Nah, lantas bagaimana membedakan oli yang hendak dibeli jenis bahan dasar yang dupakai mineral atau murni sintetis?
“Biasanya pada kemasannya, si produsen akan menulis jenis base oil yang dipakai, misal PAO atau PAO + ester,” bilang Hanif.
Sementara jika tertulis PAO bland, lanjutnya, ada kemungkinan oli tersebut campuran dari mineral grup 3 dengan PAO.
Hemm.. gitu toh!
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR