Otomotifnet.com - BBM Pertamina jenis Pertamax RON 92 terindikasi bakal dimahalkan.
Namun kata Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T Irto Ginting kini pihaknya masih mengkajinya.
"Semua kemungkinan masih kami kaji," ujar Irto, (17/3/22).
Saat ini, Pertamax 92 dijual rentang Rp 9.000 sampai 9.400 per liter, tergantung lokasi.
Sementara harga BBM RON 92 dari SPBU swasta sudah di atas Rp 10.000.
Seperti BP RON 92 Rp 12.990 per liter, Shell Super Rp 12.990 per liter.
Juga Revvo 92 senilai Rp 11.900 per liter.
Asal kalian tahu, harga Pertamax 92 saat ini sebenarnya di bawah harga keekonimian.
Sebab harga aslinya diungkap Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan.
Angkanya bikin nangis beneran, menurut Mamit, idealnya berkisar Rp 14 ribuan per liter.
"Bisa dibayangkan, berapa besar selisih yang harus ditanggung Pertamina," ujar Mamit.
Hitungan Mamit berdasar Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 62.K/12/MEM/2020.
Tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan/atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Mengutip Lampiran Kepmen ESDM No. 62 Tahun 2020, perhitungan harga jual eceran jenis bensin di bawah RON 95 dan jenis Minyak Solar CN 48 dihitung dengan formula Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus + Rp 1.800 per liter + Margin (10% dari harga dasar).
"Kita hitung dengan MOPS rata-rata 3 bulan terakhir ada di US$ 98 per barrel, kurs Rp 14.350 (per dolar AS)," urainya.
"Menggunakan formula sesuai KepMen 62/2020 dengan margin 1.800 maka harga dasarnya Rp 11.709 per liter," terangnya.
"Ditambah PPN 10% dan PBBKB 5% maka didapatkan 13.465. Ditambah margin 5% saja sudah di angka 14.139 per liternya," beber Mamit.
Mamit menilai, menaikkan harga Pertamax 92 merupakan opsi tepat untuk meringankan beban Pertamina di tengah gejolak harga minyak mentah.
Terlebih, Pertamax 92 masuk ke kategori Jenis BBM Umum (JBU) yang tidak mendapatkan bentuk kompensasi apapun dari pemerintah.
Senada dengan Mamit, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro juga menilai harga Pertamax yang berlaku saat ini berada di bawah harga ideal.
"Untuk referensi sederhana menggunakan acuan harga pesaing Pertamina," kata Komaidi.
"Harga pesaing saya kira dalam tingkatan tertentu merefleksikan harga wajar," tuturnya.
Menurut Komaidi, harga Pertamax seharusnya mengikuti praktik bisnis umum.
Dalam artian harganya ikut naik ketika harga minyak mentah naik dan sebaliknya.
Di sisi lain, kenaikan harga Pertamax menurut Komaidi juga tidak akan menimbulkan dampak multiplier effect yang terlalu besar.
“Harusnya kalaupun ada (multiplier effect) tidak terlalu besar Mas. Pertamax tidak terkait langsung dengan proses produksi dan distribusi barang dan jasa," pendapatnya.
"Konsumen Pertamax umumnya mobil pribadi, sehingga inflasi akan terkena dan berhenti pada pemilik kendaraan pribadi yang menggunakan Pertamax," jelas Komaidi.
Baca Juga: Pemilik Mobil Bensin Nangis Bareng, Harga Pertamax 92 Terindikasi Bakal Dimahalkan
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR