Lamanya waktu pengisian ini biasanya dipicu karena 2 hal, yaitu performa kompresor rem yang mengalami penurunan atau ada kebocoran pada sistem rem.
Hal lain yang menguatkan adalah turunnya udara tekan 1,5 bar setelah pedal rem kaki diinjak.
Sementara dalam kondisi normal satu kali pelepasan udara tekan berkisar antara 0,3-0,4 bar.
"Ini yang membuat tekanan udara di dalam tabung jauh berkurang, sementara kemampuan untuk mengisi juga rendah, akibatnya terjadi ketekoran," papar Pasha.
Menurut Pasha, kondisi tekor ini ditambah lagi dengan adanya instalasi klakson telolet.
"Pipa udaranya diambil di selenoid itu bersamaan dengan rem," ulasnya.
Menurut Pasha, desis kebocoran ini sejatinya sudah diketahui oleh sopir.
"Saat kami melakukan penyelidikan, sopir mengaku berhenti di Rawamangun, Jakarta Timur, mengecek sumber bunyi," jelasnya.
Namun, karena ketidaktahuan sopir, ia tetap melanjutkan perjalanan membawa truk bermuatan 24.000 liter Pertalite menuju Cibubur.
"Di tengah perjalanan sopir sudah merasakan rem bagel, tapi diabaikan," katanya.
Hal lain yang juga menjadi penyebab dari kecelakaan masih di seputar rem.
Jarak atau gap antara kampas rem dan teromol setelah dilakukan pengukuran di atas ambang batas yang semestinya.
"Gap yang semestinya antara 0,4-0,8 mm. Setelah kami ukur gapnya di atas 2 mm," jelas Pasha.
Artinya toleransi gap melebihi 250%-500% dari yang seharusnya.
"Sangat jauh. Makanya sepatu rem tidak bisa menyentuh teromol, atau butuh tekanan yang besar untuk sampai ke teromol, sementara tekanan udara minim," tandasnya.
Baca Juga: Tragedi Berdarah Truk Pertamina, Gilas Motor dan Mobil, Korban Tewas 10 Orang
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR