Sehingga waktu yang dibutuhkan pun secara fisika sama.
Namun, sebagian orang mungkin akan tetap merasa waktu pulang lebih cepat.
Hal ini lebih disebabkan oleh cara kerja otak dalam memersepsikan waktu, khususnya terkait jangka waktu sebuah aktivitas.
Berdasarkan penjelasannya, Efek Kappa, yang terkait dengan persepsi terhadap jangka waktu aktivitas oleh otak, merupakan hal yang sangat kompleks dan melibatkan banyak bagian di otak.
Tidak hanya itu, dalam kondisi tertentu, persepsi ini mungkin saja ikut melibatkan hormon.
Persepsi waktu didasari atas informasi yang diolah oleh otak terkait dengan aktivitas yang dilakukan selama perjalanan.
"Rangsangan dari luar yang diterima berupa apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, serta terkait pula dengan kondisi lingkungan yang menyertainya," terang Husin.
Semua hal tersebut lantas berdampak pada kemampuan otak dalam memersepsikan jangka waktu sebuah aktivitas.
Selain itu, perjalanan pulang yang lebih familiar juga menjadi salah satu faktor.
Kembali ke persepsi waktu yang terasa lebih singkat saat pulang.
Minimnya informasi mengenai tempat yang dituju saat pergi dan diketahuinya informasi tentang tempat tersebut saat pulang, menjadi salah satu hal yang memengaruhi cara otak dalam memersepsikan waktu tempuh.
Hal lain yang juga mungkin berperan adalah jenis aktivitas yang dilakukan selama perjalanan karena aspek ini terkait erat dengan rangsangan yang diterima.
Bila seseorang sibuk melakukan banyak hal selama perjalanan, persepsi waktu perjalanan yang singkat akan cenderung dirasakan.
Berbeda dengan mereka yang minim aktivitas selama perjalanan berlangsung.
"Perbedaan waktu, berupa Efek Kappa, yang dirasakan antara pergi dan pulang merupakan fenomena yang terkait dengan cara otak memersepsikan waktu, dan tidak ada hubungannya dengan sifat waktu secara fisika," tandas Husin.
Baca Juga: Capek Nyetir Mampir, Ini Daftar Lengkap Rest Area Sepanjang Tol Trans Jawa
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR