Jika ada penanda, ia dan pengendara lainnya dapat menghindari titik kabel itu menjuntai ke bawah.
"Kondisi jalanan saat itu juga ramai. Pas saya kena, untungnya pengendara-pengendara di belakang saya enggak kena. Mereka langsung lewat begitu saja. Pokoknya cuma saya saja yang kena. Apesnya di saya," kata Dwi.
Akibat terjerat kabel yang terjuntai, kulit leher Dwi terkelupas dan meninggalkan luka berupa garis cukup dalam yang berwarna putih dan berair.
"Lukanya enggak berdarah, justru putih dan berair. Tapi kulitnya yang terkelupas lumayan tebal," terang Dwi.
Setelah itu, Dwi langsung menghubungi temannya yang merupakan seorang apoteker dan mengirim foto lukanya.
Kemudian, Dwi diberikan cairan infus untuk mencuci lukanya, obat antibiotik dan antinyeri, serta salep.
Seusai kejadian mengerikan yang dialaminya, Dwi mengaku kesulitan untuk menelan.
"Waktu hari pertama dan kedua, lumayan agak nyeri buat nelan. Mungkin habis konsumsi obat antinyeri, jadi enggak begitu kerasa," ujar Dwi.
Agar tahu lebih pasti soal luka yang didapatnya, Dwi memutuskan untuk memeriksanya ke RS Harum di Kalimalang pada 25 Desember 2023.
Beruntung, lukanya tidak terkena infeksi. Hanya saja, dokter belum bisa memeriksa lebih lanjut karena lukanya masih basah.
Dwi hanya diberi obat antibiotik dan antinyeri, sementara salep masih menggunakan yang diberikan temannya.
Meski telah diobati dan lukanya saat ini sudah mengering sekitar 60 persen, Dwi masih merasa sakit.
"Saya setiap hari harus minum obat antinyeri karena pas mau tidur susah banget, makanya harus diminum. Masih berasa sakitnya," ungkap Dwi.
Untuk aktivitas sehari-hari, luka pada lehernya sangat mengganggu.
Dwi tidak bisa menengok, menunduk, atau menengadah, tanpa meringis nyeri.
"Ganggu tidur juga, sangat ganggu. Nyari posisi enak juga tetap sakit. Makanya saya masih konsumsi obat antinyeri," ucap dia.
Baca Juga: Kabel Fiber Optik di Bandung Bikin Pemotor Celaka, Seketika Pindah Alam
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR