Jadi rata-rata tim satelit MotoGP hanya tinggal mencari sisa 3 juta euro (Rp 51 miliar) untuk menutup anggaran tahunannya, tentunya melalui sponsorship.
Ditambah lagi saat ini tim satelit MotoGP bukan menjadi sekadar tim konsumen, yang menyewa motor dari pabrikan untuk bisa balapan.
Mereka sudah menjelma menjadi seperti mitra sangat penting bagi pabrikan, agar mereka bisa sukses bersaing di MotoGP.
"Beberapa pabrikan memasok motor untuk tim customer terbaik secara gratis, bahkan mereka membayar juga gaji pembalap serta teknisi di tim," ungkap pria pemilik gelar juara dunia kelas 250 cc ini.
"Jadi bisa dikatakan tim MotoGP tidak lebih mahal dari tim Moto2 dengan dua pembalapnya, yang juga membutuhkan dana sekitar 2,5 juta euro sampai 3 juta euro," ungkapnya.
"Karena di kelas MotoGP, tim mendapat dukungan finansial lebih dari Dorna," jelasnya.
Contoh tim satelit yang seperti ini adalah Pramac Racing, yang pembalapnya serta sebagian krunya digaji langsung oleh Ducati.
Selain itu kasus serupa juga terjadi di tim Gasgas Tech3, yang merupakan tim kedua dari pabrikan KTM.
Sedangkan Moto2 dan Moto3, kebanyakan timnya tidak mendapat support yang cukup dari pabrikan, sehingga mereka harus mencari pendanaan secara mandiri.
Terkecuali untuk beberapa tim yang memang menjadi mitra atau yang menjalankan program langsung dari pabrikan.
Misalnya saja tim Ajo Motorsport dan Tech3, yang menjalankan proyek KTM di Moto2 maupun Moto3.
Juga mungkin Honda Team Asia, yang tentunya tidak mengalami masalah finansial karena didukung penuh oleh Honda.
Baca Juga: RNF Aprilia Didepak Dorna Sports, Tim Berduit Ini Bergerak Ambil Alih
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | Gridoto |
KOMENTAR