Sementara buat keluaran suara frekuensi tingginya dipercayakan pada tweeter Zvone Raspor 25 T, lalu midrange dari Zvone Raspor 12 M, yang “diangkat” oleh power AB Class Flux Evo 150.4.
Midbass-nya juga pakai Zvone Raspor 17 MW dengan 1 unit lagi power Flux Evo 150.4 juga.
Piranti Digital Audio Player-nya (DAP) pakai keluaran Cayin N8ii, yang biasa digunakan oleh para audiophile lantaran dianggap mampu memainkan lagu dengan resolusi tinggi (hi-res).
Nah, dari DAP ini sinyal suara masuk ke Digital Analog Converter (DAC) SMSL D300.
Baca Juga: Tidak Harus Mahal, Modifikasi Audio Supaya Suara Bagus Cuma Perlu Ini
Lalu diteruskan ke Digital Sound Processor (DSP) Helix untuk diolah lagi sebelum dilanjutkan ke power amplifier dan speaker, sehingga suara yang dikeluarkan lebih jernih.
Saat OTOMOTIF coba mendengarkan hasil suaranya di jok pengemudi, efek staging sangat terasa di area depan, terutama di atas dasbor berkat penambahan Stein GF Acoustics dan Stein Blue Sun.
"Seperti mendengarkan langsung ketika kita nonton live show ya," ujar Luki lagi.
Bahkan suara rendah alias bass dari subwoofer Scan Speak 23 W dari belakang pun terdengar di depan juga.
Makanya enggak heran kalau Xpander Luki ini beberapa kali berhasil menjuarai kontes audio kelas IASCA, I-CAN, EMMA, Usaci, dan lainnya.
Ketika ditanya berapa yang sudah dihabiskan untuk modif Xpandernya secara keseluruhan ini, Luki hanya menjawab, "Kira-kira setara tiga unit Xpander deh," tuturnya sekaligus menutup obrolan. Gokil! Kyn
DATA MODIFIKASI
Head Unit: Kenwood DDX 919 WS, Digital Audio Player (DAP): Cayin N8ii, Digital Sound Processor (DSP): Helix Ultra, Power Amplifier: 2 unit AB Class Flux Evo 150.4, AB Class Helix C-One, Tweeter: Zvone Raspor 25 T, Midrange: Zvone Raspor 12 M, Midbass: Zvone Raspor 17 MW, Subwoofer: Scan Speak 23W, Controller: Helix, DAC: SMSL D300
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR