First Ride Hyosung GT650R, Handling Ringan
Indonesia kedatangan satu lagi motor berkapasitas mesin besar. Setelah Kawasaki ZX-6R, kini ada moge Korea Selatan, Hyosung GT650R. Didatangkan dalam bentuk CKD (completely knock down) dan dirakit di Indonesia oleh PT Honlei Motor Indonesia (HMI), moge ini dilepas Rp 120 juta.
Secara harga dan kapasitas mesin, Hyosung GT650R mengingatkan kita pada Minerva Fischer MRX650 yang sempat dikenalkan tahun lalu. Hemm.. daripada penasaran langsung coba aja deh! Kebetulan ada unit tes yang disediakan oleh main dealer Hyosung di Jabodetabek yaitu Sportisi Motorsport.
Sebelum nyempak, amati dulu desainnya. Meski punya banyak garis tegas tapi bentuknya secara keseluruhan tidak nampak futuristik. Desain behel belakang yang menjulang tinggi memang sedikit aneh, meski sebenarnya cukup fungsional ketika hendak memindahkan motor.
Headlamp berbentuk lonjong-nya juga nampak kontras dengan bentuk fairingnya yang kekar. Silencer knalpotnya yang bulat dan besar serta membawa memori pada moge keluaran akhir 90-an.
Kelengkapannya, moge ini sudah dibekali automatic headlamp on (AHO). Selain itu ada saklar hazard di panel setang sebelah kanan dan memiliki panel speedometer digital yang punya fitur lengkap.
Semua indikator mulai dari spidometer, odometer, tripmeter, fuelmeter dan suhu mesin ditampilkan dalam bentuk digital. Terang-gelapnya panel indikator ini juga bisa diatur hingga empat tingkat. Sedang takometernya ada di sebelah kiri masih menggunakan jarum sebagai penunjuk putaran mesin.
Handling Mudah
Ketika duduk di atas joknya, baru deh terasa kalau jok pengendaranya punya karakter hampir datar. Hasilnya enggak kerepotan menapakan kaki ke tanah meski harus sedikit jinjit (tinggi pengendara 165cm). Posisi setang yang rendah pun tidak mengharuskan rider benar-benar menunduk, bisa dibilang semi membungkuk.
Jalan sebentar di area Rawamangun yang macet di sore hari tidak terlalu menguras stamina. GT650R ini cukup ringan, radius putar setangnya juga besar. Berkelok di kemacetan pun rasanya semudah bawa Kawasaki Ninja 250R.
Bedanya cuma bobot yang harus ditanggung kaki saat menahan motor berhenti lebih berat ketimbang Ninja 250R. GT650R punya bobot 196 kg, sedang Ninja 250R memiliki berat kosong 169kg. Selisih hampir 30 kg.
Untuk mesin, motor ini punya konfigurasi mesin L-Twin 90º 2 silinder. Sudah DOHC berkapasitas ruang bakar 650 cc dan punya 8 klep. Mesin yang sudah dilengkapi dengan injeksi ini punya suara mirip Ducati, maklum mesinnya sama-sama L-Twin.
Pindah giginya halus, tapi getaran mesinnya lumayan terasa seiring putaran mesin yang makin tinggi. Tarikan awalnya responsif, gas sedikit saja mudah membawa badan tertarik ke belakang. Sayangnya pengetesan ini hanya dilakukan di seputaran Rawamangun yang macet, kecepatan di putaran mesin tinggi jadi tidak bisa dirasakan.
Satu yang menjadi catatan tim redaksi adalah panas mesinnya. Karena berkonfigurasi twin, ada satu silinder yang tepat di bawah paha pengendara. Saat berhenti panasnya lumayan terasa. Tapi ketika jalan sih, panasnya langsung hilang tersapu angin. (motorplus-online.com)
Secara harga dan kapasitas mesin, Hyosung GT650R mengingatkan kita pada Minerva Fischer MRX650 yang sempat dikenalkan tahun lalu. Hemm.. daripada penasaran langsung coba aja deh! Kebetulan ada unit tes yang disediakan oleh main dealer Hyosung di Jabodetabek yaitu Sportisi Motorsport.
Sebelum nyempak, amati dulu desainnya. Meski punya banyak garis tegas tapi bentuknya secara keseluruhan tidak nampak futuristik. Desain behel belakang yang menjulang tinggi memang sedikit aneh, meski sebenarnya cukup fungsional ketika hendak memindahkan motor.
Headlamp berbentuk lonjong-nya juga nampak kontras dengan bentuk fairingnya yang kekar. Silencer knalpotnya yang bulat dan besar serta membawa memori pada moge keluaran akhir 90-an.
Kelengkapannya, moge ini sudah dibekali automatic headlamp on (AHO). Selain itu ada saklar hazard di panel setang sebelah kanan dan memiliki panel speedometer digital yang punya fitur lengkap.
Semua indikator mulai dari spidometer, odometer, tripmeter, fuelmeter dan suhu mesin ditampilkan dalam bentuk digital. Terang-gelapnya panel indikator ini juga bisa diatur hingga empat tingkat. Sedang takometernya ada di sebelah kiri masih menggunakan jarum sebagai penunjuk putaran mesin.
First Ride Hyosung GT650R, Handling Ringan
Handling Mudah
Ketika duduk di atas joknya, baru deh terasa kalau jok pengendaranya punya karakter hampir datar. Hasilnya enggak kerepotan menapakan kaki ke tanah meski harus sedikit jinjit (tinggi pengendara 165cm). Posisi setang yang rendah pun tidak mengharuskan rider benar-benar menunduk, bisa dibilang semi membungkuk.
Jalan sebentar di area Rawamangun yang macet di sore hari tidak terlalu menguras stamina. GT650R ini cukup ringan, radius putar setangnya juga besar. Berkelok di kemacetan pun rasanya semudah bawa Kawasaki Ninja 250R.
Bedanya cuma bobot yang harus ditanggung kaki saat menahan motor berhenti lebih berat ketimbang Ninja 250R. GT650R punya bobot 196 kg, sedang Ninja 250R memiliki berat kosong 169kg. Selisih hampir 30 kg.
Untuk mesin, motor ini punya konfigurasi mesin L-Twin 90º 2 silinder. Sudah DOHC berkapasitas ruang bakar 650 cc dan punya 8 klep. Mesin yang sudah dilengkapi dengan injeksi ini punya suara mirip Ducati, maklum mesinnya sama-sama L-Twin.
First Ride Hyosung GT650R, Handling Ringan
Satu yang menjadi catatan tim redaksi adalah panas mesinnya. Karena berkonfigurasi twin, ada satu silinder yang tepat di bawah paha pengendara. Saat berhenti panasnya lumayan terasa. Tapi ketika jalan sih, panasnya langsung hilang tersapu angin. (motorplus-online.com)