MOTOR Plus pernah mengulas terminal positif bohlam. Mulai dari jumlah terminal positif juga bentuk soketnya yang digunakan sesuai bohlam yang memiliki kode dan spesifikasi berbeda.
Misal bohlam terminal positif 2 dengan soket M5. Bohlam berdaya 18/18W, 25/25W, 30/30W hingga 35/35W. Biasa dipakai motor bebek. Seperti Grand, Supra X125, Jupiter-Z, Mio atau Vario. Bentuk bohlam lonjong kepala bulat (biasa).
Selain bohlam biasa, ada juga bohlam halogen. Filamen wolfram di dalam tabung kaca diisi gas lembam dan sedikit unsur halogen seperti iodin atau bromin. Agar umur bola lampu lebih lama dan mencegah penggelapan pada kaca bohlam.
Contoh bohlam halogen HS1 12V-35W/35W. Meski bentuknya lonjong, namun kepala agak meruncing. Dijumpai di New Tiger, V-ixion, Athlete, Bajaj Pulsar series atau TVS Apache series.
Bohlam dengan desain serupa dapat dijumpai di CBR 250R, KLX250 atau Bajaj Pulsar 220. Bedanya bohlam tersebut biasa disebut tipe H4 12V-60W/55W. Bentuknya mirip dengan bohlam HS1, baik jumlah terminal maupun soketnya.
Makanya saran Murjoko, tidak dianjurkan motor yang aslinya memakai bohlam HS1 kemudian diganti H4. Jika sengaja dipaksa, biasanya panas bohlam H4 membuat reflektor bohlam HS1 gampang meleleh.
Makanya ciri-ciri motor yang pakai H4 memiliki reflektor lebih tebal agar tahan panas. Bahkan ada juga reflektor yang pakai pelat berlapis krom agar kemampuan menahan panas bohlam benar-benar terbukti.
“Tak hanya reflektor yang kuat. Mika rumah lampu juga mesti tebal selain ruang bohlam lebih lega,” timpal Adry Bridjal Hanafie alias Mas Boy mekanik BMS di Pondok Sukatani, Cimanggis, Depok.
Jadi, kalau ingin ganti bohlam HS1 jadi H4, selain tegangan sepul harus lebih besar atau ampere aki lebih besar, saran Mas Boy baiknya rumah lampu ganti yang lebih kuat juga. (motorplus-online.com)