Potensi Pasar Moge 2014, Walau Suram Tetap Optimis

billy - Selasa, 14 Januari 2014 | 12:16 WIB

(billy - )


Jakarta - Tahun 2014 terbilang suram bagi pasar motor sport 250 cc ke atas alias moge (motor gede). Segmen pasar yang masih tergolong kecil ditambah adanya wacana menaikkan PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah) untuk motor Completely Built Up (CBU) atau impor utuh sebesar 125 hingga 150 persen, semakin membuat galau Importir Umum (IU) juga pabrikan yang memiliki produk CBU.

Tak hanya itu, melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang dolar Amerika, Yen Jepang serta Euro makin menghantam bisnis moge. “Fluktuasi nilai tukar Rupiah cukup mengerikan, ditambah rencana kenaikan PPnBM. Kalau harga jual naik malah nanti enggak ada yang beli,” bilang Hendrik, owner gerai moge Probike di bilangan Kebon Jeruk, Jakbar.

Walau begitu, Hendrik mengaku telah menyiapkan strategi untuk memikat konsumen. Yakni dengan program kerjasama dengan lembaga pembiayaan atau leasing. “Probike akan berlakukan bunga cicilan 0 persen untuk kredit di leasing yang sudah berkerja sama,” beber Hendrik.

Selain IU, agen Pemegang Merek (APM) juga bakal mengalami koreksi harga jualan serta jumlah unit mogenya. Sesuai data Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI) penjualan moge mulai dari 250 cc ke atas periode Januari hingga November 2013 tercatat 36.353 unit.

“Tahun depan pabrik baru Kawasaki mulai beroperasi. Kapasitas produksinya 140 ribu, jadi kalau digabung dengan pabrik lama, maka total kapasitasnya 200 ribu per tahun,” jelas Mitsuhiko Okada, Marketing Director PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI).

Masih menurut Okada San, selain adanya wacana kenaikan PPnBM tahun depan juga masih rentan terhadap gejolak kurs Rupiah. “Jika faktor currency Rupiah masih melemah, maka kita dimungkinkan naik 2-5 persen. Tetapi tidak serta merta naik, dilihat kondisinya terlebih dahulu. Hingga saat ini kita belum adjustment,” lanjutnya yang juga akan meluncurkan 8 unit model terbaru tahun depan.

Demi mempertahankan posisi sebagai jawara di segmen premium bike, KMI telah menyiapkan amunisi untuk memenangkan persaingan bisnis tahun depan. Strateginya justru tidak head to head, melainkan mengembangkan segmen baru. Yaitu segmen enduro dan supermoto yang masih belum banyak dilirik pabrikan lain.

“Kita akan buat sejumlah program privilege terutama pada layanan aftersales service. Salah satunya bisa menggelar turing bareng ataupun nonton bareng MotoGP. Serta masih banyak program unggulan lainnya,” ujar Dewi Septianti, Deputy Head Sales & Promotion Adv. Dept KMI.

Jualan moge di tahun kuda juga dipandang sebagai tantangan, seperti diutarakan oleh Thomas Wijaya selaku General Manager Sales Division PT Astra Honda Motor (AHM), bahwa kurs Rupiah yang masih tinggi, suku bunga kredit, harga komoditi yang belum membaik dan isu tenaga kerja merupakan tantangan.

“Untuk potensi pasar semestinya minimal stabil kontribusinya tetapi juga tergantung model-model baru dari setiap pabrikan. Moge Honda selanjutnya dalam tahap pengembangan,” sambung Thomas.

Optimisme juga ditunjukan oleh Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) yang tahun depan akan merilis 4 unit mogenya. Di antaranya YZF-R1, YZF-R6, V-Max, dan T-Max, kisaran harganya mulai Rp 185 juta hingga Rp 500 juta. (motor.otomotifnet.com)