Pertalite Dibuat Dari High Octane Mogas Component, Tak Kurangi Pasokan Premium

Dimas Pradopo - Jumat, 15 Mei 2015 | 11:42 WIB

(Dimas Pradopo - )

Jakarta - Kekhawatiran banyak pihak jika pasokan bensin baru, Pertalite akan berebut material dasar dengan Premium dibantah pihak PT Pertamina Persero dalam Focus Group Discussion (FGD) BBM jenis baru bernama Pertalite dengan RON 90 (11/5).

Perlu diketahui, untuk membuat Pertalite, Pertamina menggunakan sistem optimasi blending, yakni dengan mengimpor HOMC (High Octane Mogas Component). Serta diketahui pula bahwa 70 persen BBM jenis Premium didatangkan impor. Lantas apakah akan mengurangi jatah Premium?

“Kita tidak pakai octane booster. Artinya kita impor HOMC yang digunakan Pertamax bukan Premium. HOMC tersebut kita bisa olah hingga RON 95. Kalau pakai octane booster, terus terang kita tolak,” beber Ahmad Bambang.

Lewat mekanisme optimasi blending, Pertamina bisa tetap in line, sebab hanya tinggal diperlukan rekayasa kimia terkait nilai RON yang dibutuhkan. “Dengan inline blending, jangankan RON 90, RON 89 hingga 95 bisa dibuat,” imbuhnya.

Untuk mem-blending Pertalite, Pertamina cukup melakukannya di depo. “Iya karena kebutuhannya belum terlalu besar, cukup diolah di Depo Plumpang untuk inline blending. Sebetulnya ada dua kilang yang nantinya bisa mengolah Pertalite jika kebutuhannya kian besar kita sudah koordinasi dengan kilang, dimanapun bisa kita siapkan,” katanya lagi.

Pertalite nilai oktannya ada di angka 90, di bawah Pertamax (92) dan di atas Premium (88). Diharapkan mampu mengakomodir mereka yang kendaraannya sudah harus menggunakan bahan bakar berkualitas baik namun secara keuangan ingin tetap berhemat. Sehingga segmen 'kompromi' antara harga dan kualiatas ini dirasa cocok dan memiliki segmen pasar cukup tinggi.

Potensi pasar Pertalite cukup besar karena mayoritas kendaraan yang beredar di Indonesia adalah motor dan mobil dengan kompresi 9:1 sampai 10:1 yang membutuhkan bahan bakar dengan RON diatas 90.

Oktan menjadi penting karena makin tinggi oktan maka bensin tidak mudah terbakar sebelum waktunya. Kompresi tinggi dan suhu tinggi bisa membuat bensin terbakar lebih dulu sebelum dipantik busi. Efeknya, tenaga loyo dan boros BBM. (otomotifnet.com)