Kenali Material Jaket Motor, Salah Pilih Berakibat Fatal

Dimas Pradopo - Jumat, 17 Oktober 2014 | 12:19 WIB

(Dimas Pradopo - )


Jakarta - Berkendara sepeda motor memiliki resiko yang tinggi karena bersifat full body contact. Selain helm, celana dan sepatu, ada satu lagi piranti kelengkapan berkendara yang harus diperhatikan, yakni jaket.

"Selain memiliki proteksi yang baik, jaket dengan respirasi bagus, seperti banyaknya lubang ventilasi, atau anti air dan angin bisa dipilih untuk menunjang kenyamanan. Karena kenyamanan menjadi salah satu kunci konsentrasi dan menjaga tubuh dari kelelahan saat berkendara," ungkap Syaiful Arifin, Dewan Penasihat Tiger Association Bandung (TAB).

Tedy Suryadi, Marketing Communication & Community Development PT Sinergi Ventura Pratama produsen Respiro Ridingware menambahkan, "Salah satu yang patut diperhatikan saat memilih jaket adalah dengan adanya material yang tahan terpaan angin (windproof) maupun air hujan (waterproof) yang diakibatkan oleh kecepatan pada saat berkendara."

Material Windproof yang mampu menahan terpaan angin, besarannya dinyatakan dalam satuan CFM (Cubic Feet perMinute), artinya jika Jaket berteknologi windproof yang  mencantumkan besaran 0-30CFM dapat dikategorikan sebagai jaket anti angin.

Sedangkan untuk material Waterproof yang mampu menahan terpaan air hujan besarannya dinyatakan dalam satuan MMWC (Mili Meter Water Colum), artinya jika Jaket berteknologi waterproof yang  mencantumkan besaran 3.000-7.000CMMWC dengan ditambah "sealing" pada jahitan dapat dikategorikan sebagai jaket anti air atau anti hujan.

"Namun jika jaket ber-material waterproof tersebut tidak ditambah "sealing" pada jahitannya, tetap dikategorikan sebagai Jaket Windproof, karena air dalam waktu lama akan merembes melalui jahitannya," jelasnya.

Tetapi, jika hanya mengandalkan dua material tersebut, menurutnya akan membawa efek panas di tubuh. "Untuk mengantisipasinya diperlukan material fabric yang memiliki fitur "breathable" yaitu kemampuan bahan kain untuk mengeluarkan uap panas tubuh dari dalam ke luar jaket," papar Tedy.

Terdapat 2 kategori yaitu "low breathable" dimana kemampuan pengeluaran panasnya lambat dan "high breathable" dengan kemampuan pengeluaran uap panas yang lebih cepat.

Untuk mengoptimalkan kenyamanan, dapat juga diatur dengan penambahan inner material berupa mesh, atau ditambahkan fitur air flow maupun air ventilation yang dapat diatur secara manual dengan membuka zipper ventilator di beberapa bagian tubuh yang berpotensi berkeringat pada saat kepanasan.

"Hal ini berlaku juga untuk penggunaan di dearah panas seperti Jakarta,Jogja, Surabaya, Semarang, Makassar atau Medan. Di daerah panas bukan berarti kita tidak membutuhkan penggunaan jaket, justru untuk melindungi badan kita dari sengatan langsung sinar matahari, diperlukan jaket yang mempu melindungi sengatan panas matahari namun tidak menimbulkan kepanasan yang dapat menyebabkan dehidrasi."

Salah satu triknya gunakanlah jaket berteknologi breathable dengan fitur flow (untuk aliran udara masuk ke tubuh) atau ventilator yang bisa diatur menggunakan sistem resleting atau zipper. Sehingga berkendara dalam cuaca panas tetap nyaman tanpa harus merasa kegerahan.

Selain itu untuk memenuhi unsur eselamatan di beberapa aksen assesoris jaket harus ditambahkan 3M reflective for safety terutama untuk jaket berwarna kurang terang atau gelap. "Agar pada saat dipakai di malam hari, signage ini akan berpendar memantulkan cahaya jika terkena sorot lampu kendaraan lain," jelas pria ramah ini.

Terakhir, bagi rider yang mempunyai kebutuhan advance atau berkendara dengan jarak jauh atau touring harus dilengkapi dengan protektor yang memenuhi standar proteksi di negara maju. "Standar protektor biasanya dikenal dengan European Norm (EN) salah satu yang direkomendasikan adalah EN 1621-1," pungkasnya. (motor.otomotifnet.com)