Kriminalitas Bermotor, Sabet Korban Pakai Sajam

billy - Selasa, 30 Juli 2013 | 08:46 WIB

(billy - )


Bagi pelaku kejahatan Ramadhan dan Lebarn jadi momentum untuk menggencarkan tindak kejahatan. Bagi mereka  bulan suci justru jadi lahan mencari uang haram sebanyak mungkin agar bisa berlebaran dengan rejeki berlimpah. Masya Allah!

Modus kejahatannya beragam, mulai perampasan dengan kekerasan, pembacokan bersenjata tajam (sajam), sampai ke penipuan. Ambil contoh brother Ade M. Nugroho. “Jumat dini hari, sekitar jam 3 pagi menuju daerah Kuningan, Jakarta,” bukanya.

Saat ia dan Honda CBR 150 berhenti di lampu merah, Blok M Plaza arah Senayan beberapa rider naik skubek mendekatinya. “Yang saya lihat ada tiga motor mendekat, salah satunya menyabetkan pisau atau cutter ke tangan saya,” kisah Ade.

Sadar terluka, Ade berhenti. “Sempat ada yang ikut berhenti dan menanyakan keadaan saya. Beberapa motor, mungkin temannya ikut berhenti, mereka cuma melihat dan langsung kabur,” bebernya lagi.

Sadar situasi genting, Ade masih tenang. Ia lantas memacu motornya ke arah Rumah Sakit Fatmawati. “Di sana saya dicuekin, akhirnya pindah ke Siloam dekat Lebak Bulus dan dapat 8 jahitan. Sepertinya ini modus kejahatan geng motor,” duga Ade lagi.

Kejahatan model begini sungguh keterlaluan. Pelaku mengharapkan korban lemas kehabisan darah dan akhirnya tidak mampu mempertahankan motornya lagi. Sabetan yang lebih terarah misalnya terkena urat nadi atau leher, bukan tidak mungkin bisa menewaskan korbannya.

Beruntung Ade masih tetap mempertahankan kesadaran, tidak panik saat jadi korban kejahatan. Cara lain merampas motor makin beragam. Ada juga yang merancang  skenario seolah korban melakukan sesuatu yang menurutnya tidak menyenangkan kerabatnya.

Ujug-ujug ada yang menanyakan, “Kamu menabrak adik saya? Atau semacamnya. Kita harus segera ngeh dan waspada karena di situlah celah pelaku kejahatan melakukan tindakan kriminal. Jika korban ‘termakan’ situasi ini, mereka sudah menyiapkan tim.

Salah satu memperhatikan situasi sekeliling, ada yang jadi aktor utama menggertak, ada juga yang berperan jadi penetralisir. Di sinilah tim rapi itu bekerja dan mambuat korban bingung. Hasilnya nggak jauh-jauh dari aksi perampasan, bisa uang di dompet, ponsel atau bahkan motor dijambret.

Mengindarinya mungkin wajib memegang prinsip, kejahatan bukan cuma niat tapi adanya kesempatan. “Kita harus sadar bahwa setiap menjelang Lebaran, kriminalitas meningkat. Mereka yang suka pulang malam menjelang sahur harus waspada. Biasakanlah pulang bergerombol dengan teman kerja dan menghafal betul jalan yang dilalui,” kata Kombes Rikwanto, Kabidhumas Polda Metro Jaya.

Saat di lampu merah, kita harus pasang taktik. Usahakan tidak berhenti, jadi sekitar 100 meter menjelang lampu merah, brother bisa saja berhenti terlebih dahulu di tempat terang dan baru start saat lampu hijau menyala. Ini trik agar kita tidak berhenti di lampu merah sebagai sasaran empuk penjahat.

“Pada saat ini petugas kepolisian telah melakukan upaya seperti memantau titik-titik yang diprediksi ada tindak kejahatan. Petugas kami akan terus melakukan patroli untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada masyarakat,” kata Kombes Rikwanto yang berkantor di Jl. Sudirman, Kav. 55, Jakarta Selatan.

Ade yang hampir menjadi korban kejahatan ini menghimbau pengendara tetap tenang dan waspada. Momentum harus tepat, saat akan digunting rem secara mendadak. Rider yang mepet nggak akan sempat antisipasi, cepat putar balik dan cari markas polisi.

Antisipasi lain dilakukan seorang biker, Cancan, ia mengaku melengkapi diri dengan pistol air berisi air cabai atau cairan pedas. “Nggak tahu ini salah atau tidak. Tapi ini bisa dipakai untuk mempertahanan diri,” katanya.

Ia menambahkan kalau itu semua tergantung niatnya. Cancan mengakui pistol air cabai itu dirasa paling efektif untuk membuat penjahat lumpuh sementara jika kita langsung ditembak ke matanya. (motorplus-online.com)