Seperti dirilis abcnews.go.com, penandatanganan MoU itu disaksikan Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (6/2) ini keduanya akan melakukan kerjasama di banyak aspek.
Proton akan membantu Indonesia belajar membangun, mengembangkan, dan memproduksi mobil nasional. Untuk tahap awal, keduanya melakukan studi kelayakan dalam enam bulan pertama. Jika hasilnya menunjukkan proyek ini layak, maka perusahaan akan menandatangani perjanjian usaha patungan.
Seperti disampaikan CEO Adiperkasa AM Hendropriyono, bagi Indonesia langkah ini diharapakan akan menjadi kunci pengembangan mobnas di Indonesia, membantu mendorong industri otomotif dan meningkatkan pengetahuan teknis.
Bagi Proton sendiri, diharapkan kerjasama ini menjadi awal baru untuk bangkit dari lesunya penjualan mobil-mobilnya. Meski sempat mendominasi penjualan mobil di Malaysia hingga menguasai market share 50 persen pada 10 tahun yang lalu, pada 2014 market share Proton hanya 21 persen. Penjualan ekspor-nya pun kurang baik.
Sedang pasar Indonesia dengan 250 juta penduduk dan penjualan mobil yang mencapai 1 juta unit tiap tahunnya dianggap sebagai pasar yang empuk.
"Proton harus berinvestasi pada proyek di Indonesia. Pada awalnya mungkin tidak akan cepat menghasilkan uang. Akan tetapi, keuntungan akan datang seiring dengan penerimaan pasar Indonesia dari mobil yang tepat sasaran," ungkap Mahathir Mohammad, founder Proton yang juga mantan Perdana Menteri ini.
Untuk itu, Proton akan melakukan studi terkait pasar Indonesia untuk melihat apakah ada kemungkinan merombak model saat ini dan merakitnya di Indonesia, sebelum merancang mobil yang benar-benar dibutuhkan pasar Indonesia.
Bahkan Mahathir Mohammad juga membuka wacana proteksi industri otomotif di Malaysia dan Indonesia. "Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan melindungi industri mobil mereka dan kita harus mengadopsi beberapa strategi mereka," kata Mahathir. (otomotifnet.com)