Sering berselancar di dunia maya, membuat Daniel keracunan virus JDM (Japan Domestic Market) dan racing style. "Banyak banget Suzuki Swift yang jadi bahannya dan hasilnya keren-keren. Makanya langsung senang," sebut pria yang tinggal di kawasan Taman Mini, Jaktim ini. Sekitar 1,5 tahun, virus JDM tersebut menjangkiti tubuh Swift dan Daniel.
Ketika tumbuh jamur-jamur baru yang bernama stance, ternyata mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Yarsi, Cempaka Putih ini juga terkena imbasnya. "Sebelum benar-benar yakin, saya cari-cari dulu di internet. Kalau tiba-tiba aplikasi, nantinya justru jelek. Tampilan sekarang saja sudah lewat beberapa kali perubahan," ungkapnya.
Tak menunggu lama, akhirnya Swift kesayangan terkena jamur stance juga. Sempat lebih dari dua kali mengganti pelek demi penampilan maksimal, belum juga ditemui. Akhirnya Daniel merayu teman satu permainan untuk menjual peleknya. Setelah melalui perundingan yang alot, Daniel yang menang. Pelek idaman sudah dibawa ke rumah.
Pelek AC Schnitzer Nicole three pieces berdimensi 16 inci dengan lebar 7,5 inci. Ukuran ini menurut Daniel kurang pas di Swift. Modifikasi yang dijalani, dengan menjepit pelek.
Maksudnya pelek yang bisa dibongkar dalam 3 bagian ini, komponen paling luar dimundurkan sejauh 0,5 inci. Setelah itu di beri sealer lagi supaya kuat.
Diakui kalau modifikasi di Suzuki Swift tersebut tak sepenuhnya beraliran stance. Namun juga diselipkan kesan-kesan elegan di dalamnya. "Sebab sejak awal modifikasi mobil, saya lebih cenderung dan hobi ke aliran elegan," tutupnya.
Demi memuaskan hati dan penampilan maksimal, berbagai aliran tak haram untuk digabung. (mobil.otomotifnet.com)