Kalau sudah kesengsem sama produk Mercedes-Benz, pasti enggak puas kalau hanya punya satu varian. Ini dialami sendiri oleh Roby Muchran, juragan R-kups Garage di Bandung, Jabar. “Nagih euy,” kelakarnya.
Baru juga kelar mendandani Mercy E320 W210 produksi 1998 dengan gaya european domestic market (EUDM), Roby menebus Mercy 'Mini' W114 full orisinal versi built-up yang sudah dilengkapi sliding roof. Tak hanya sampai disitu, diam-diam ternyata Roby masih punya incaran lain.
Limited Edition 24-Valves
Roby mengaku tak ada kepikiran untuk mengambil Mercy lagi lantaran di rumahnya sudah sumpek dengan mobil koleksi dream car back to 90s asal Jepang dan Eropa macam Honda Civic LX dan BMW 318i E30. “Tetapi saya malah enggak bisa tidur saat dikirimi gambar via Blackberry oleh teman klub W210,” ungkap Roby yang juga 'main' barang-barang BT90s.
Apalagi kalau bukan Mercedes-Benz W124 model estate car yang lazim disapa 300TE. Bukan apa-apa, selain model seperti ini jarang ada di Indonesia, kebetulan varian yang ditawarkan ke Roby merupakan limited edition.
Makin tak bisa tidur saat pemiliknya menyebut harga dengan kisaran angka cukup fantastis. “Lazimnya mobil seperti ini memiliki banderol Rp 200 jutaan karena kelangkaannya,” tutur Roby. Nah yang satu ini nyaris mencapai 'kepala' 3.
Toh, namanya juga sudah kesengsem, Roby akhirnya memberanikan diri meminang 300 TE yang sudah bermesin 24-valves ini. Perasaan campur aduk antara bimbang dan ragu sekaligus ngebet, akhirnya closing juga.
Roby membawa TE apik ini ke markas besarnya di Jl. Titiran dengan mimik muka puas. “Ciri khas pemilik lama harus dibuang biar fresh from the oven,” bisik Roby. Bodi mobil yang secara keseluruhan masih ngaleng ini, diguyur ulang dengan kelir solid white.
Fyi, Roby memang maniak putih. Hampir semua mobilnya berwarna putih. Cat sistem oven pun menjadi pilihan agar hasil bisa optimal. Intinya, kondisi mobil dibuat kembali orisinal bergaya Sportline seperti waktu keluar showroom pada 1990.
Begitu tampilan kembali segar, Roby merambah bagian kaki-kaki dengan memasangkan lowering kit. Sebab, pria bertubuh gempal ini tak mau pakai pelek berdiameter besar. “Cukup pakai BBS RS 041 berdiameter 17 inci dengan lebar belang, 7 dan 8 inci,” ujarnya.
Sontak tongkrongan menjadi layaknya Sportline sejati meski pelek hanya 17 inci dengan ban profil 45 (lebar depan 235 dan belakang 245). Selebihnya, Roby hanya menambahkan aksesori kuncian seperti lampu united states domestic market (USDM) lengkap dengan wiper. Masih ada lagi roof rack merek Thule yang dipasang untuk membawa sepeda.
Pemandangan menjadi tambah unik saat masuk ke dalam kabin penumpang karena pernik khas besutan OKL alias orang kaya lama seperti telepon mobil Nokia (GSM) terpasang dengan apik di sebelah kiri (passenger site). “Ini ponsel masih hidup lho,” papar Roby.
Interiornya sendiri bisa bikin geleng kepala karena jok kulit berwarna hitam bawaan mobil ternyata sudah full electric. Layaknya Mercy W210, setelan jok ada di trim pintu. Bicara jok penumpang, 300TE-24 milik Roby ternyata memiliki kekhasan lain.
Kabin paling belakang yang lazim dipakai untuk bagasi atau membawa barang, ternyata masih dilengkapi sepasang jok tambahan berukuran lebih mungil yang bisa dilipat saat memerlukan ruang bagasi. Jadi penumpang yang duduk disitu akan menghadap ke kaca belakang.
Pantas, Roby Muchran dibuat tak bisa tidur pulas! (mobil.otomotifnet.com)
Baru juga kelar mendandani Mercy E320 W210 produksi 1998 dengan gaya european domestic market (EUDM), Roby menebus Mercy 'Mini' W114 full orisinal versi built-up yang sudah dilengkapi sliding roof. Tak hanya sampai disitu, diam-diam ternyata Roby masih punya incaran lain.
Limited Edition 24-Valves
Roby mengaku tak ada kepikiran untuk mengambil Mercy lagi lantaran di rumahnya sudah sumpek dengan mobil koleksi dream car back to 90s asal Jepang dan Eropa macam Honda Civic LX dan BMW 318i E30. “Tetapi saya malah enggak bisa tidur saat dikirimi gambar via Blackberry oleh teman klub W210,” ungkap Roby yang juga 'main' barang-barang BT90s.
Apalagi kalau bukan Mercedes-Benz W124 model estate car yang lazim disapa 300TE. Bukan apa-apa, selain model seperti ini jarang ada di Indonesia, kebetulan varian yang ditawarkan ke Roby merupakan limited edition.
Roby membawa TE apik ini ke markas besarnya di Jl. Titiran dengan mimik muka puas. “Ciri khas pemilik lama harus dibuang biar fresh from the oven,” bisik Roby. Bodi mobil yang secara keseluruhan masih ngaleng ini, diguyur ulang dengan kelir solid white.
Fyi, Roby memang maniak putih. Hampir semua mobilnya berwarna putih. Cat sistem oven pun menjadi pilihan agar hasil bisa optimal. Intinya, kondisi mobil dibuat kembali orisinal bergaya Sportline seperti waktu keluar showroom pada 1990.
Sontak tongkrongan menjadi layaknya Sportline sejati meski pelek hanya 17 inci dengan ban profil 45 (lebar depan 235 dan belakang 245). Selebihnya, Roby hanya menambahkan aksesori kuncian seperti lampu united states domestic market (USDM) lengkap dengan wiper. Masih ada lagi roof rack merek Thule yang dipasang untuk membawa sepeda.
Pemandangan menjadi tambah unik saat masuk ke dalam kabin penumpang karena pernik khas besutan OKL alias orang kaya lama seperti telepon mobil Nokia (GSM) terpasang dengan apik di sebelah kiri (passenger site). “Ini ponsel masih hidup lho,” papar Roby.
Interiornya sendiri bisa bikin geleng kepala karena jok kulit berwarna hitam bawaan mobil ternyata sudah full electric. Layaknya Mercy W210, setelan jok ada di trim pintu. Bicara jok penumpang, 300TE-24 milik Roby ternyata memiliki kekhasan lain.
Kabin paling belakang yang lazim dipakai untuk bagasi atau membawa barang, ternyata masih dilengkapi sepasang jok tambahan berukuran lebih mungil yang bisa dilipat saat memerlukan ruang bagasi. Jadi penumpang yang duduk disitu akan menghadap ke kaca belakang.
Pantas, Roby Muchran dibuat tak bisa tidur pulas! (mobil.otomotifnet.com)